href="http://www.widgeo.net">widgeo.net widgeo.net widgets basketball-0007.gif from 123gifs.eu

Follow Us

Minggu, 01 April 2012

SULE

Sule, nyanyikan lagu berjudul Susi, Suami Sieun Istri ciptaan, Dose Hudaya, ditemani penari, Tari Irian, Tari Pendet, Tari Topeng dan Tari Hudok, dalam acara Malam Puncak HUT Global TV Ke 9 dengan tema 90NG 100% Indonesia, Sabtu (8/10/2011) lalu yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)
Tribunnews.com

Isma Anggraeni

Sebuah Anugerah

TIDAK terbersit dalam benak Isma Anggraeni dirinya akan menjadi penyanyi profesional dan dikenal orang seperti sekarang ini. Ketika itu, ia hanya punya impian ingin merampungkan kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung untuk menggapai gelar sarjana. Maka tak heran jika saban harinya, perempuan kelahiran Bandung, 27 Oktober 1988 ini dihabiskan dengan belajar serta membuat skripsi.

Namun di waktu senggangnya, Isma suka menyempatkan diri untuk menyanyi. Tak hanya karaokean di rumah, ia pun kerap diajak kelompok dangdut milik orangtuanya show di sejumlah tempat. Dengan cara itu, sulung dari tiga bersaudara pasangan Usep Saepur dan Imas Sukaesih ini bisa menghilangkan kejenuhan.

"Kalau enggak ada kuliah, saya emang suka nerima tawaran nyanyi. Tapi itu cuma iseng, daripada stress mikirin skripsi ya lebih baik ikut-ikutan nyanyi. Lumayan menghibur diri dan orang lain sekaligus dapat duit hehe," katanya disertai tawa.

Saking keseringan tampil, wanita berbadan subur ini akhirnya ketagihan. Ia jadi sering unjuk kebolehan baik di panggung rakyat maupun acara-acara pernikahan usai membereskan kuliahnya. Dengan begitu, jam terbangnya pun terbilang tinggi. Hal tersebut, membuatnya kian pede menjajaki industri olah vokal secara profesional.

Tak heran jika Isma begitu penuh keyakinan mendaftar saat ada audisi untuk album pop Sunda "Tembang Bentang-bentang" yang digagas DH Production. "Waktu akan ikut audisi modal saya cuma nekat. Mau dapat syukur enggak pun enggak apa-apa. Tapi ternyata Tuhan menghendaki saya lolos. Sebuah anugerah yang luar biasa yang tidak terpikir sebelumnya," ungkapnya.

Isma yang memiliki suara bening dinyatakan lolos oleh H. Dose Hudaya, pencipta lagu sekaligus produser dari Tembang Bentang-bentang. Isma pun dipercaya melantunkan sebuah tembang manis bertajuk "Cinta Nu Suci".

Menurut Isma yang ditemui usai mengisi acara di TVRI Jabar-Banten belum lama ini, dirinya sangat bangga bisa terlibat di album kompilasi penuh warna, karena berisi sejumlah penyanyi pop Sunda dengan status yang beragam. "Apalagi dikasih lagu Cinta Nu Suci, saya suka banget. Itu lagu benar-benar menyentuh, sehingga saya bisa menjiwai lagu tersebut," katanya.

Lagu yang dikemas secara apik ini, lanjut Isma, menceritakan kesabaran seorang perempuan yang tetap bertahan walau sering disakiti. "Najan sok dinyerikeun hate (sekalipun suka disakiti hatinya), cintanya tetap kuat. Itu karena kekuatan cinta yang suci," katanya.

Penyanyi yang pernah menembus 20 Besar Kontes Dangdut Indonesia (KDI) ini optimistis album Tembang Bentang-bentang bakal digemari. Meski kondisi pasar musik tengah lesu darah dan menggilanya aksi pembajakan karya cipta, kehadiran album Tembang Bentang-bentang sanggup mencuri perhatian.

"Album yang menerapkan konsep semua lagu adalah jagoan itu direspons positif masyarakat. Alhamdulilah VCD-nya laku keras. Tingkat penjualannya sangat memuaskan. Lagu-lagunya banyak diputar, baik di radio maupun stasiun televisi lokal," katanya mengakhiri percakapan.
(mza/"GM")**

Dadang Rohman dan Sony Ador

Tidak Sengaja

TIDAK tersirat sedikit pun dalam benak Dadang Rohman dan Sony Ador bisa masuk dapur rekaman lalu dikenal orang. Keduanya mengaku seperti mimpi saat dilibatkan dalam album "Tembang Bentang-Bentang" yang dikemas DH Production. Selain itu, mereka pun merasa bangga mendapat kepercayaan mendendangkan tembang "Karagragan Bentang" serta bisa bergabung dengan penyanyi pop Sunda lainnya yang telah lebih dulu dikenal seperti Oni "Sos", Nining Meida, dan Astria.

"Jujur asa ngimpi. Teu percaya bisa buat album dan masuk TV. Selama ini saya hanya bisa melihat Nining Meida atau Kang Oni 'Sos'" di televisi. Sekarang saya bisa bareng satu album dengan mereka," ungkap Sony Ador, seorang pengamen asal Majalaya yang lolos seleksi untuk album "Tembang Bentang-Bentang" saat ditemui disela-sela syuting sebuah pertunjukan musik di TVRI Jabar-Banten belum lama ini.

Wajar kalau Sony merasa girang bisa bergabung dengan artis-artis lain yang telah ngetop karena selama ini kegiatannya hanya negamen dari satu tempat ke tempat lain di kawasan Majalaya. Setiap hari, ia harus ador-adoran alias berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menawarkan suaranya lewat iringan ukulele butut di tangan. "Itulah sebabnya, di belakang nama saya ada tambahan Ador, itu nama lalandian pemberian teman-teman sesama pengamen, karena saya memang suka ador-adoran dari satu tempat ke tempat lain. Ya, namanya juga pengamen," kata Sony.

Berbeda dengan pengamen lain, dalam setiap menyanyikan lagu, Sony selalu membawakan lagu-lagu pop Sunda. Terutama lagu-lagu yang dinyanyikan idolanya Darso. "Alhamdulillah, ternyata masih banyak yang suka lagu-lagu Sunda, sehingga saya tak malu menyanyikannya, malah reueus (bangga)," ungkap pengamen yang mengaku bisa mendapat penghasilan Rp 30.000 setiap harinya.

Ihwal dirinya bisa masuk dapur rekaman, Sony pun menjelaskan bahwa hal itu terjadi secara tak sengaja. Suatu ketika, saat sedang mengamen, ia melihat tayangan di televisi ada program audisi dari DH Production. Ia mencoba mendaftarkan diri. Rupanya nasib berpihak padanya. Dari sekadar coba-coba, Sony dinyatakan lolos audisi dan berhak masuk dapur rekaman.

Sukses masuk dapur rekaman membetot ingatan Sony ke sebuah peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu. Suatu hari ia mengamen di depan sebuah rumah di kawasan Majalaya, Kabupaten Bandung.

Terakhir

Lagu yang ia bawakan adalah "Halangan Diri", lagu terakhir sang fenomenal Darso. Sambil menyanyi, Sony melihat sang tuan rumah tampak menangis mendengar alunan "Halangan Diri".

"Setelah memberikan uang, lalu ia mendoakan saya bisa masuk dapur rekaman. Alhamdulillah, akhirnya doa itu terkabul. Mungkin ini juga berkat doa orang yang rumahnya pernah saya datengin," kata pria kelahiran Bandung, 4 April 1981, yang juga anggota Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) ini.

Sementara Dadang Rohman bukan seorang penyanyi. Dia adalah karyawan pabrik sepatu di kawasan Banjaran. Satu-satunya profesi penyanyi yang pernah dijalani Dadang adalah penyanyi penghibur dirinya sendiri di kamar mandi.

"Sebelumnya tidak terpikirkan bisa masuk dapur rekaman. Wah, pokoknya kayak mimpi buat saya mah," kata Dadang sambil tertawa.

Lagu "Karagragan Bentang" cukup unik, baik dari sisi aransemen maupun lirik. Lagu yang dikemas dalam irama dangdut nge-beat ini bercerita tentang mimpi rakyat kecil agar bisa mengubah nasib menjadi pejabat dan konglomerat. Vokal keduanya cukup berkarakter, mampu memberi warna yang berbeda dengan suara penyanyi pria pop Sunda yang sudah ada.
(mza/"GM")**

DH PRODUCTION

Bentang-bentang 3: Pop Sunda tak Pernah Ada Matinya

Berpulangnya raja pop Sunda dan Sang Fenomena, Darso, sempat memunculkan rasa khawatir bakal sekarat-nya pop Sunda. Maklum saja, kiprah Darso begitu dominan di atas panggung musik yang mengusung bahasa indung orang Priangan tersebut. Darso seolah segalanya dan menjadi identifikasi dari semua yang berkaitan dengan pop Sunda, yang sebenarnya dijejali banyak pelaku seni lainnya.

Akan tetapi, alam sepertinya punya mekanismenya sendiri. Industri pop Sunda belum saatnya mati dan memang tak pernah ada matinya. Sepanjang ada usaha, kreasi, dan inovasi dari pelaku seni mulai dari penyanyi, produser, pencipta lagu, hingga distributor, panggung musik pop Sunda akan tetap semarak. Bahkan, dari sudut pandang positif, meninggalnya sang legenda Darso, justru memberi peluang terjadinya regenerasi penyanyi Sunda. Pasar yang kosong ditinggalkan Darso, menjadi ceruk yang bisa diisi oleh penyanyi baru. Hal itu disadari betul oleh produser Dose Hudaya. Pemilik DH Production yang sukses mencetak puluhan album hit, baik pop Indonesia maupun Sunda, mengaku sempat terpukul oleh kepergian Darso yang di puncak kariernya berada di bawah naungan label miliknya. "Jujur saja, meninggalnya Kang Darso membuat saya shock dan untuk beberapa waktu, saya sempat merasa malas memproduksi lagu," kata Dose.

Namun, menurut Dose, meratapi dan menangisi kepergian sang bintang, tak ada gunanya. Show must go on. Darso sudah tiada, tetapi industri musik harus tetap berjalan. Penyanyi harus tetap diberi ruang dan wadah untuk berekspresi. Para talenta baru juga harus dijajal kabisa mereka. Untuk itulah, Dose mencoba menjaring talenta baru pop Sunda lewat sebuah proses audisi.

Mirip program "idol-idolan" di stasiun televisi, Dose membuka pendaftaran gratis bagi calon penyanyi. Programnya unik karena audisi terbuka untuk siapa saja, tanpa pembatasan usia atau status raari-tal. "Mencari penggantiDarso itu susah. Dia memang tak tergantikan, terutama karakternya. Makanya, Iata cobajaring talenta baru. Yang penting pop Sunda jangan mati. Kita harus bisa membuka peluang, siapa pun boleh jadi penyanyi, asal lulus audisi," kata Dose.

Hasilnya, dari sekitar 170 pendaftar, terjaring 7 talenta baru yang diharapkan menjadi bintang pop Sunda di masa depan. Uniknya, ketujuh orang yang terjaring audisi tak semuanya punya latar belakang sebagai penyanyi panggung. Hanya tiga orang yang berlatar penyanyi, sisanya berasal dari beragam latar belakang, mulai dari lulusan apoteker yang bekerja sebagai manajer di perusahaan asing, karyawan pabrik, sarjana pariwisata, hingga pengamen. "Kita memangmencari penyanyi yang punya karakter vokal," ujar Dose memberi alasan.

Ketujuh talenta baru itu sudah rampung melakukan rekaman lagu di studio. Sebagian lagi bahkan sudah rampung dibuatkan video klipnya. Rencananya, mereka disatukan dalam satu album kompilasi "Bentang-bentang 3" yang merupakan gabungan antara pendatang baru hasil audisi dan penyanyi yang sudah mapan seperti Astria, Tika Zein, dan Oni SOS.

Sembilan tembang sudah disiapkan Dose - semuanya karya cipta Dose sendiri - dalam album tersebut. Dari 9 lagu, 7 di antaranya bertema cinta, sedangkan 2 lagu berisikan kritik sosial.

Kesembilan lagu tersebut adalah "Cinta Luar Biasa" (Widya), "Cinta Nu Suci"(Isma), "Guratan Panangan" (Santania), "Implengan Lamunan" (Benni), "Katalanjuran" (Alena), "Cinta Segitiga" (Astria), "Boro-boro" (Tika Zein), "Karagragan Bentang" (duet Dadang R dan Sony Aflor), dan Tuyul Gaul" yang dinyanyikan oleh Oni SOS.

Album "Bentang-bentang 3" sendiri bisa disebut sebagai sekuel dari projek trilogi "ben-tang-bentangnya" DH Production. Sebelumnya, label tersebut sukses dengan dua album kompilasi "Bentang-bentang" dan "Bentang-bentang 2" yang memang bertabur penyanyi bintang seperti Darso, Sule, Evie Tamala, Wina DHebring, dan Barakatak. Rencananya, album ketiga "bentang-bentang" dirilis tahun depan bersamaan dengan rilis album house music "Susis" yang menampilkan penyanyi hip-hop dan rapper kenamaan asal Bandung, Iwa K yang coba diduetkan dengan Wina DHebring.

Bagi Alena dan kawan-kawan, bisa masuk dapur rekaman dan menjadi bagian dari program regenerasi panggung pop Sunda, tentu saja menjadi kesempatan sekaligus kebanggaan tersendiri. "Bagi saya, seperti mimpi bisa masuk dapur rekaman. Makanya, saya sudah berniat ingin serius dan mempertanggungjawabkan kepercayaan yang sudah diberikan Pak Haji (Dose)," kata Sony Ador yang berprofesi sebagai pengamen jalanan ini. Semoga.

Sumber: Pikiran Rakyat, 11 Desember 2011