Tidak Sengaja
TIDAK tersirat sedikit pun dalam benak
Dadang Rohman dan Sony Ador bisa masuk dapur rekaman lalu dikenal orang.
Keduanya mengaku seperti mimpi saat dilibatkan dalam album "Tembang
Bentang-Bentang" yang dikemas DH Production. Selain itu, mereka pun
merasa bangga mendapat kepercayaan mendendangkan tembang "Karagragan
Bentang" serta bisa bergabung dengan penyanyi pop Sunda lainnya yang
telah lebih dulu dikenal seperti Oni "Sos", Nining Meida, dan Astria.
"Jujur asa ngimpi. Teu percaya bisa buat album dan masuk TV. Selama ini saya hanya bisa melihat Nining Meida atau Kang Oni 'Sos'" di televisi. Sekarang saya bisa bareng satu album dengan mereka," ungkap Sony Ador, seorang pengamen asal Majalaya yang lolos seleksi untuk album "Tembang Bentang-Bentang" saat ditemui disela-sela syuting sebuah pertunjukan musik di TVRI Jabar-Banten belum lama ini.
Wajar kalau Sony merasa girang bisa bergabung dengan artis-artis lain yang telah ngetop karena selama ini kegiatannya hanya negamen dari satu tempat ke tempat lain di kawasan Majalaya. Setiap hari, ia harus ador-adoran alias berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menawarkan suaranya lewat iringan ukulele butut di tangan. "Itulah sebabnya, di belakang nama saya ada tambahan Ador, itu nama lalandian pemberian teman-teman sesama pengamen, karena saya memang suka ador-adoran dari satu tempat ke tempat lain. Ya, namanya juga pengamen," kata Sony.
Berbeda dengan pengamen lain, dalam setiap menyanyikan lagu, Sony selalu membawakan lagu-lagu pop Sunda. Terutama lagu-lagu yang dinyanyikan idolanya Darso. "Alhamdulillah, ternyata masih banyak yang suka lagu-lagu Sunda, sehingga saya tak malu menyanyikannya, malah reueus (bangga)," ungkap pengamen yang mengaku bisa mendapat penghasilan Rp 30.000 setiap harinya.
Ihwal dirinya bisa masuk dapur rekaman, Sony pun menjelaskan bahwa hal itu terjadi secara tak sengaja. Suatu ketika, saat sedang mengamen, ia melihat tayangan di televisi ada program audisi dari DH Production. Ia mencoba mendaftarkan diri. Rupanya nasib berpihak padanya. Dari sekadar coba-coba, Sony dinyatakan lolos audisi dan berhak masuk dapur rekaman.
Sukses masuk dapur rekaman membetot ingatan Sony ke sebuah peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu. Suatu hari ia mengamen di depan sebuah rumah di kawasan Majalaya, Kabupaten Bandung.
Terakhir
Lagu yang ia bawakan adalah "Halangan Diri", lagu terakhir sang fenomenal Darso. Sambil menyanyi, Sony melihat sang tuan rumah tampak menangis mendengar alunan "Halangan Diri".
"Setelah memberikan uang, lalu ia mendoakan saya bisa masuk dapur rekaman. Alhamdulillah, akhirnya doa itu terkabul. Mungkin ini juga berkat doa orang yang rumahnya pernah saya datengin," kata pria kelahiran Bandung, 4 April 1981, yang juga anggota Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) ini.
Sementara Dadang Rohman bukan seorang penyanyi. Dia adalah karyawan pabrik sepatu di kawasan Banjaran. Satu-satunya profesi penyanyi yang pernah dijalani Dadang adalah penyanyi penghibur dirinya sendiri di kamar mandi.
"Sebelumnya tidak terpikirkan bisa masuk dapur rekaman. Wah, pokoknya kayak mimpi buat saya mah," kata Dadang sambil tertawa.
Lagu "Karagragan Bentang" cukup unik, baik dari sisi aransemen maupun lirik. Lagu yang dikemas dalam irama dangdut nge-beat ini bercerita tentang mimpi rakyat kecil agar bisa mengubah nasib menjadi pejabat dan konglomerat. Vokal keduanya cukup berkarakter, mampu memberi warna yang berbeda dengan suara penyanyi pria pop Sunda yang sudah ada.
"Jujur asa ngimpi. Teu percaya bisa buat album dan masuk TV. Selama ini saya hanya bisa melihat Nining Meida atau Kang Oni 'Sos'" di televisi. Sekarang saya bisa bareng satu album dengan mereka," ungkap Sony Ador, seorang pengamen asal Majalaya yang lolos seleksi untuk album "Tembang Bentang-Bentang" saat ditemui disela-sela syuting sebuah pertunjukan musik di TVRI Jabar-Banten belum lama ini.
Wajar kalau Sony merasa girang bisa bergabung dengan artis-artis lain yang telah ngetop karena selama ini kegiatannya hanya negamen dari satu tempat ke tempat lain di kawasan Majalaya. Setiap hari, ia harus ador-adoran alias berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menawarkan suaranya lewat iringan ukulele butut di tangan. "Itulah sebabnya, di belakang nama saya ada tambahan Ador, itu nama lalandian pemberian teman-teman sesama pengamen, karena saya memang suka ador-adoran dari satu tempat ke tempat lain. Ya, namanya juga pengamen," kata Sony.
Berbeda dengan pengamen lain, dalam setiap menyanyikan lagu, Sony selalu membawakan lagu-lagu pop Sunda. Terutama lagu-lagu yang dinyanyikan idolanya Darso. "Alhamdulillah, ternyata masih banyak yang suka lagu-lagu Sunda, sehingga saya tak malu menyanyikannya, malah reueus (bangga)," ungkap pengamen yang mengaku bisa mendapat penghasilan Rp 30.000 setiap harinya.
Ihwal dirinya bisa masuk dapur rekaman, Sony pun menjelaskan bahwa hal itu terjadi secara tak sengaja. Suatu ketika, saat sedang mengamen, ia melihat tayangan di televisi ada program audisi dari DH Production. Ia mencoba mendaftarkan diri. Rupanya nasib berpihak padanya. Dari sekadar coba-coba, Sony dinyatakan lolos audisi dan berhak masuk dapur rekaman.
Sukses masuk dapur rekaman membetot ingatan Sony ke sebuah peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu. Suatu hari ia mengamen di depan sebuah rumah di kawasan Majalaya, Kabupaten Bandung.
Terakhir
Lagu yang ia bawakan adalah "Halangan Diri", lagu terakhir sang fenomenal Darso. Sambil menyanyi, Sony melihat sang tuan rumah tampak menangis mendengar alunan "Halangan Diri".
"Setelah memberikan uang, lalu ia mendoakan saya bisa masuk dapur rekaman. Alhamdulillah, akhirnya doa itu terkabul. Mungkin ini juga berkat doa orang yang rumahnya pernah saya datengin," kata pria kelahiran Bandung, 4 April 1981, yang juga anggota Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) ini.
Sementara Dadang Rohman bukan seorang penyanyi. Dia adalah karyawan pabrik sepatu di kawasan Banjaran. Satu-satunya profesi penyanyi yang pernah dijalani Dadang adalah penyanyi penghibur dirinya sendiri di kamar mandi.
"Sebelumnya tidak terpikirkan bisa masuk dapur rekaman. Wah, pokoknya kayak mimpi buat saya mah," kata Dadang sambil tertawa.
Lagu "Karagragan Bentang" cukup unik, baik dari sisi aransemen maupun lirik. Lagu yang dikemas dalam irama dangdut nge-beat ini bercerita tentang mimpi rakyat kecil agar bisa mengubah nasib menjadi pejabat dan konglomerat. Vokal keduanya cukup berkarakter, mampu memberi warna yang berbeda dengan suara penyanyi pria pop Sunda yang sudah ada.
(mza/"GM")**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar