href="http://www.widgeo.net">widgeo.net widgeo.net widgets basketball-0007.gif from 123gifs.eu

Follow Us

Rabu, 04 Juli 2012

LAGU POP SUNDA


Oleh: A. MIRZA RAMDHANI
DALAM sebuah obrolan ringan bersama beberapa musisi Kota Bandung, terlontar sebuah pertanyaan mengenai nasib lagu pop Sunda. Salah seorang musisi sempat bertanya, "Emang aya keneh nu daek meuli album Pop Sunda? "Pertanyaan bernada pesimis itu wajar diungkapkan. Pasalnya, di tengah gempuran grup band pengusung musik pop modern, lagu Sunda dianggap terpinggirkan. Selain itu, kondisi pasar musik yang tengah "lesu darah" dan menggilanya aksi pembajakan karya cipta, disinyalir bakal menjadi pemicu gagalnya pemasaran lagu Sunda. Apalagi di pasar musik masih berkembang pemahaman yang cenderung stereotip menempatkan pop Sunda sebagai musik kelas dua.

Namun, rupanya sinyalemen itu keliru. Respon pasar berbicara sebaliknya. Terbukti, album "Bentang-Bentang II" yang digarap DH Production dengan pencipta lagu Dose Hudaya, mampu membalikan anggapan tersebut. Begitu pula dengan tembang "Cinta Urang Duaan" yang mengolaborasikan biduan muda Astria dengan penyanyi gaek Darso (alm) sanggup menyihir publik musik Jawa Barat untuk membeli VCD-nya.

DH Production tidak menyebut secara pasti, tetapi konon penjualannya mencapai puluhan ribu keping untuk album "Bentang-Bentang II". Suatu prestasi pasar yang pantas membuat Dose dan musisi lain berbangga hati. "Alhamdulillah, album 'Bentang-Bentang' membuktikan pop Sunda juga bisa laku keras. Selama album digarap dengan apik, lagunya bagus, musiknya bagus, vokalnya bagus, klipnya bagus, saya selalu yakin, pasti akan dilirik konsumen," kata Dose.

Untuk situasi pasar pop Sunda sekarang, angka tersebut sangat signifikan. Situasi pasar pop Sunda saat ini dan dua tahun silam pada saat "Bentang-Bentang I" diluncurkan, menurut Dose sebetulnya banjir oleh produk. Justru karena banjir dan pengaruh menurunnya daya beli, konsumen jadi bersikap selektif.

Karena itu, tidak ada alasan bagi musisi Sunda untuk berhenti berkreasi jika melihat hasil manis yang dicapai Dose dan kawan-kawan. Tinggal bagaimana mengemas sebuah lagu agar bisa diterima pasar. Jadi jangan ada kata pesimis dalam berkarya. Maju terus penyanyi dan pencipta lagu Sunda. Karya kalian pasti bakal mendapat tempat. (Wartawan Galamedia)**

Read more: http://www.bandung.eu/2011/09/lagu-pop-sunda.html#ixzz1zinFe1bm

NOMOR TELPON PENTING KOTA BANDUNG

NOMOR TELPON PENTING KOTA BANDUNG
Dinas Pemadam Kebakaran 022-113 / 022-7207113
Ambulance 022-118
PMI
PMI Daerah Jawa Barat 022-2500095
Informasi & Layanan Transfusi darah 022-4207051, 4207052
Siaga P3K dan Layanan Bencana 022-4213858
Cabang Kabupaten Bandung di Soreang 022-5891313
RUMAH SAKIT
RSUP Hasan Sadikin 022-2034953-55
 - Instalasi Gawat Darurat 022-2551198, 2551191
 - Paviliun Parahyangan 022-2031440, 2035986
 - Paviliun Anggrek 022-2034545
RSUD Ujung Berung (C) Kota Bandung 022-7800017, 7811794
RSUD Astana Anyar 022-5201139
RSU Sartika Asih 022-5229544
RSU Advent 022-2034386-9
RSU Santo Borromeus 022-2552000
RSU Santo Yusuf 022-7208172
RSU Muhammadiyah 022-7301062, 7312167
RSU Al-Islam 022-7562046, 7565588
RSU Pindad 022-7321964
RSUD Cibabat Cimahi 022-6652025
RSUD Soreang (C) 022-5896590
RSUD Majalaya (C) 022-5950035
RSU Lanud Sulaiman 022-5409608
RSU Al-Ichsan 022-5940872, 5941719
RSU Rajawali 022-6011913, 6031087
RSU Limijati 022-420770
RS Dustina Cihami 022-6633967
RSU Kebonjati 022-6140658
RS Cahya Kawaluyan 022-6803700, 6803701
RSU Bungsu 022-4231550, 4217371
RSU Immanuel 022-5201656, 5201051
RS Mata Cicendo 022-4231281
RS Bedah Halmahera 022-4206061
RS Paru Dr. H.A Rotinsulu 022-2034446
RS Bina Sehat 022-5207964
RS Santosa 022-4248222
RS Ibu & Anak Pasteur 022-6072525, 60804422
RS Melinda 022-4222788
RS AMC 022-7781630
RS Hermina Arcamanik 022-87242525

CALL CENTER PLN 022-123
Pelayanan Gangguan PDAM
Kantor PDAM Kota Bandung 022-2509030, 2509032
Pelayanan Gangguan Aliran Air 022-2509031
Pelayanan/Informasi Pencatatan Meter 022-2512620
Informasi Tagihan Rekening Air 022-5309999

POLISI
Polda Jabar 022-7800166, 7804777
Polrestabes Bandung 022-4203500, 4244444
Polres Kota Cimahi 022-6652095, 6640444
Polres Kabupaten Bandung 022-85871965

SIM KELILING KOTA BANDUNG

Jadwal SIM Keliling Kota Bandung
    • Mulai beroperasi mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai.
    • Khusus Memperpanjang SIM A dan SIM C
    • Khusus Warga yang ber-KTP Kotamadya Bandung
    • Syarat:
      • KTP Asli dan Fotocopy
      • SIM Asli yang sudah habis masa berlaku
Senin, 02 Juli 2012
Mall Giant Pasteur
Jl. Dr. Djunjunan
Selasa, 03 Juli 2012
PasarMod Batununggal
Jl. Soekarno-Hatta (Komplek Batununggal Indah)
Rabu, 04 Juli 2012
Carrefour Kircon
Jl. Terusan Kiara Condong
Kamis, 05 Juli 2012
Metro Indah Mall
Jl. Soekarno-Hatta
Jumat, 06 Juli 2012
B.T.M Cicadas
Jl. Ibrahim Adjie (Kiaracondong)
Sabtu, 07 Juli 2012
Paramount (Planet 2000)
Jl. Sudirman
Minggu, 08 Juli 2012
Car Free Day Dago
Jl. Ir. H. Djuanda

Musik Pop Sunda Bertahan Lewat Iklan

foto
miller-mccune.com 
Bumenet-BANDUNG:-Walau tergerus pembajakan, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan. Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album. Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.

Pesatnya kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.

Perusahaan yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop. "Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala, Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.

Menurunnya angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.

Produser lagu Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8 album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip lagu Sunda di televisi lokal.

Penjualan album Bentang-Bentang jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu, Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli," ujarnya.

Sementara itu, dosen dan peneliti lagu pop Sunda dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Indra Ridwan mengatakan, lagu pop Sunda sudah terkenal di sejumlah negara seperti Belanda, Jerman, dan Jepang sejak 1936 hingga 1980-an. Kepopulerannya kini terancam oleh masyarakat sendiri yang lebih menyukai album lagu bajakan karena harganya lebih murah.

Sejauh ini, kata penyanyi pop Sunda Nining Maida, belum ada jalan keluar yang menyelematkan nasib penyanyi, musisi, dan produser. Nining yang masih menghasilkan lagu-lagu pop Sunda baru dan memproduksinya sendiri, masih menelan kekecewaan. "Begitu dikeluarkan langsung dibajak, saya nggak tahu harus bagaimana ke depan," ujarnya.source:http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/112413655/Musik-Pop-Sunda-Bertahan-Lewat-Iklan

Lagu Pop Sunda Alami Kemunduran

Kamis, 28 Juni 2012 18:10 WIB
BANDUNG, TRIBUN - Pengamat, produser dan artis pop Sunda mengakui sekarang ini bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal itu terungkap dalam diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai, Bandung, Kamis (28/6).

"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah seorang pembicara pada diskusai itu.

Menurutnya eksistensi produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga dirasakan oleh lagu pop Indonesia.

"Untuk lagu pop Sunda menurut saya masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman Tembang Bentang-bentang.

Krisis tersebut diakui Dose muncul karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang bisa dikonsumsi masyarakat.

Pengamat musik pop Sunda, Indra Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang kesuksesannya.

"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan penggemar," katanya.

Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengsplorasi kreatifitasnya. (*)

Penulis : ddh
Editor : dar

Astria

minggu, 01 juli 2012 00:38 WIB
Pakai Hati
CANTIK, muda, dan bersuara merdu. Lewat kepiawaiannya bersenandung, wanita kelahiran Bandung, 8 Mei 1991 ini selalu sukses menarik perhatian para pendengar musik. Maklum saja darah seni yang dimilikinya, mampu mengantarkan mojang yang akrab disapa Astria ini ke jalur musik sejak kecil.

Bahkan tak hanya eksis sebagai penyanyi Sunda, Astria juga lihai mebawakan musik beraliran pop rock. Menurutnya sejak awal muncul dirinya memang terlebih dahulu dikenal sebagai penyanyi pop. Namun setelah ia mengikuti audisi yang digelar salah satu rumah produksi ternama saat itu di mana mencari bakat-bakat penyanyi dijalur pop Sunda, bermodalkan suara merdunya ia pun lulus audisi. "Dari sanalah saya mulai eksis di pop Sunda," katanya saat ditemui di kantor Galura, belum lama ini.

Dengan tegas ia pun mengaku tak malu dirinya harus menyanyikan lagu-lagu Sunda. Padahal dengan penampilannya yang begitu cantik rasanya tak ada yang percaya jika wanita yang murah senyum ini adalah penyanyi Sunda. "Lagu Sunda sekarang kan lebih modern, berbeda dengan pop Sunda zaman dulu. Makanya saya sih santai-santai saja, malah bangga bisa ikut melestarikan musik pop Sunda," katanya.

Bahkan sekarang, ia tengah sibuk dengan promo lagu Sunda remix yang digarapnya bersama almarhum Darso. Bisa dibilang single Sunda remix berjudul "Cinta Urang Duaan" mulai mendapat perhatian para penikmat musik. "Lagunya tersebar di Youtube atau dunia maya, dan alhamdulillah responnya cukup bagus. Yang pasti sudah pake hati," jelasnya lagi.

Dan untuk undangan menyanyi pun ia menegaskan dirinya tak pernah khawatir sepi orderan. Pihak yang mengundangnya sebagian besar memintanya melantunkan tembang-tembang Sunda. "Bangga dong bisa ikut meramaikan dan melestarikan musik Sunda," tegasnya.

Ketika ditanya mana jalur yang akan dipilihnya, ia pun dengan malu-malu mengatakan suka dua-duanya. Malahan tidak lama lagi akan mulai menggarap single terbaru untuk musik pop bersama musisi-musisi ternama. "Tapi belum bisa dibocorkan, yang pasti untuk karya terbaru saya menciptakan karya sendiri," kata pelantun lagu "Dilema Cinta Segitiga", "Taukah Kamu", dan "Kecewa Aku Biasa" ini.

Ke depan ia pun telah menyiapkan karya-karya yang diharapkan bisa diterima masyarakat luas. "Kalau bisa tak hanya bisa nyanyi, saya juga lagi mempelajari banyak proses penggarapan musik itu seperti apa. Malahan juga untuk gambaran proses pemasarannya juga seperti apa. Ya itung-itung belajar mumpung masih muda. Siapa tahu ke depan bisa eksis di belakang layar juga," ujarnya.
(tri widiyantie/"GM")**

Wina Ingin D'hebring Lahir Kembali

selasa, 03 juli 2012 00:57 WIB
 
ERA tahun 1990-an, D'hebring sukses menggebrak musik pop Sunda. Kelompok vokal yang terdiri atas empat mojang belia itu mendapat sambutan positif. Namun kejayaan mereka terhenti di tahun 1994 karena masing-masing personelnya disibukkan oleh rutinintas mereka di luar musik.

Kendati demikian, nama D'hebring masih melekat di hati para penggemarnya. Hal itu dirasakan salah satu personel D'hebring yang hingga kini masih eksis di dunia tarik suara, namun memilih jalur solo karier, yaitu Wina.

Ditemui di kediaman, kawasan Cibiru, Kota Bandung, Senin (2/7), Wina mengaku bangga bisa menjadi bagian dari D'hebring. "Aku betul-betul bersyukur diberi kesempatan untuk bertemu dengan 3 personel lainnya untuk membentuk D'hebring. Pada masa itu kita tidak menyangka bisa menuai ketenaran yang seolah sulit untuk hilang dari ingatan para penggemar D'hebring," paparnya.

Ia menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan salah seorang fans D'hebring, yang tanpa sengaja menjadi penata riasnya saat ada acara manggung. Padahal saat Wina "tenar", penata rias tersebut masih kecil. "Sekarang dia udah gede dan jadi make-up artist, pas lagi seneng-senengnya sama D'hebring dia masih kecil katanya. Ya, aku banggalah nama D'hebring masih dikenang," tuturnya.

Banyak rezeki yang didapat Wina dari D'hebring selain ketenaran. Bersama Rima, Yosi, dan Mila, ia banyak belajar tentang musik dan kebersamaan, berjuang memberikan karya terbaik bagi penikmat musik. Dan itu terlihat dari genre musik D'hebring yang memiliki karakter berbeda. "Banyak alasan kenapa D'hebring disukai banyak pendengar. Kata orang sih di samping genre lagunya yang beda, D'hebring juga memiliki ciri khas dari kostumnya yang unik," jelasnya.
(tri widiyantie/"GM")**

Kualitas Musik Pop Sunda Menurun

jumat, 29 juni 2012 01:18 WIB

Harus Ada Pemahaman Standardisasi

 
SAAT ini kualitas musik pop Sunda mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan era tahun '90-an. Pada tahun itu para produser bisa dibilang memiliki standar penilaian, mana yang layak dan tidak. Sedangkan saat ini karya-karya lagu pop Sunda yang dilempar ke pasaran, tidak lagi memikirkan kualitas musik itu sendiri.

Demikian diungkapkan Dose Hudaya pada diskusi "Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda" di kantor Redaksi Galura, Kamis (28/6). Dikatakan, tahun '90-an kualitas musik pop Sunda juga dapat terjaga karena sumber daya manusia (SDM) yang terpelajar. Artinya, sekarang ini orang yang tidak bisa menyanyi saja bisa eksis untuk menjadi penyanyi, dan orang yang tidak bisa membuat musik bisa terkenal menjadi pembuat musik. "Istilahnya asal punya uang sekarang orang bisa jadi artis," tandas Dose.

Potret demikian, lanjutnya, cukup baik jika hanya untuk menyemarakkan musik pop Sunda. Namun kalau untuk menjadi indikator perkembangan akan kualitas musik pop Sunda, itu apa bisa dikatakan layak. "Apa kita sebagai warga Sunda tidak malu?" katanya.

Untuk itu, menurut Dose harus ada pemahaman tentang standardisasi yang layak dalam pencitraan musik Sunda. Meski diakuinya di satu sisi produser sendiri saat ini sedang tiarap sehingga akhirnya bermunculan produk yang pegiatnya bukan orang yang bisa menyanyi atau membuat musik.

"Jika kondisi ini dibiarkan, bagaimana nasib musik pop Sunda ke depannya. Maka salah satu solusi yang kerap dilakukan para pegiat seni khususnya pop Sunda, antara lain dengan menggelar beberapa acara audisi untuk menemukan para penyanyi berbakat yang betul-betul berpotensi, tidak hanya ingin eksis semata. Hasil saringan audisi tersebut dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang dilempar ke pasaran. Nah untuk hasilnya, biarkan masyarakat yang menilai, mana karya yang layak untuk diapresiasi atau tidak," jelasnya.

Peran media

Senada dengan Dose, praktisi dan artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan merasa miris ketika banyak karya yang ada hanya asal jadi. Namun perlu diakui bermunculannya lagu-lagu pop Sunda, meski hanya asal jadi ini, menambah semarak musik pop Sunda.

"Oleh sebab itu, salah satu caranya harus ada standardisasi, juga di media untuk penyanyi yang akan dimunculkan. Pihak media bisa membuat beragam program untuk membedakan mana penyanyi pop Sunda yang kalitasnya bisa diperhitungan di antara penyanyi-penyanyi legendaris, dan mana penyanyi yang baru muncul. Dengan begitu masyarakat akan mulai tergiring untuk tidak langsung menilai, jika perkembangan kualitas musik pop Sunda mulai menurun," ungkapnya.

Meski diakuinya, media tidak bisa membatasi mana yang layak tampil atau tidak, karena semua orang punya hak untuk tampil. "Karena itu disiasati lewat program atau rubrik yang diangkat," tegasnya.

Berbeda dengan Dose dan Rika, praktisi musik pop Sunda Indra Ridwan mengatakan, bukan hanya media yang memiliki peran untuk mengantarkan mana musik yang berkualitas atau tidak. "Karena media sangat membantu untuk sisi pemasaran. Jadi media tak punya andil utama untuk menentukan kualitas musik pop menurun atau tidak di mata masyarakat," tegasnya.

Yang perlu ditekankan di sini terkait perkembangan musik pop Sunda adalah pegiatnya. Mulai dari penyanyi hingga produser harus benar-benar memiliki kecintaan terhadap musik pop Sunda. "Dengan begitu tidak akan ada yang namanya karya asal jadi. Meski akuinya itu sangat sulit," ujarnya.

Indra juga menegaskan, yang perlu menjadi sorotan saat ini adalah perkembangan musik pop Sunda itu sendiri, bukan segi kualitasnya. "Dan yang juga penting dan hingga sekarang belum bisa diselesaikan adalah pembajakan. Kerena hal itu juga memberikan pengaruh besar terhadap pekembangan musik pop Sunda," pungkasnya.
(tri widiyantie/"GM")**

Minggu, 01 Juli 2012

Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari

Bandung, varianews.com -- Penyanyi dan lagu Sunda tunbuh subur di tahun 90an. Nama-nama pesohor seperti Nia Daniati, Doel Sumbang dan Hetty Koes Endang, ikut meramaikan blantika musik Pop Sunda. Namun bersamaan berjalannya waktu, penyanyi dan lagu Sunda, kini tak lagi tumbuh.

Pengamat, produser dan artis pop Sunda mengakui sekarang ini bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal itu terungkap dalam diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai, Bandung, Kamis (28/6).

"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah seorang pembicara pada diskusai itu.

Menurutnya eksistensi produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga dirasakan oleh lagu pop Indonesia."Untuk lagu pop Sunda menurut saya masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman Tembang Bentang-bentang.

Krisis tersebut diakui Dose muncul karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang bisa dikonsumsi masyarakat.

Pengamat musik pop Sunda, Indra Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang kesuksesannya.

"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan penggemar," katanya.

Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengesplorasi kreatifitasnya.

Meskipun marak pembjakan,, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan. Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album. Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.

Pesatnya kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.

Perusahaan yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop. "Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala, Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.

Menurunnya angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.

Produser lagu Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8 album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip lagu Sunda di televisi lokal.

Penjualan album Bentang-Bentang jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu, Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli," ujarnya.(BS-variaseni)

Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari

Produk Bajakan Bikin Produser dan Penyanyi Pop Sunda Dilema

Jum'at,   29  Juni  2012  11:30 WIB

Bandung - Produk bajakan seperti CD sudah sulit diberantas. Keberadaannya pun menjadi dilema bagi produser dan penyanyi yang bergerak dibidang musik pop Sunda. Di satu sisi merugikan, tapi di sisi lain menguntungkan.

Dose Hudaya, produser yang bergerak dibidang musik pop Sunda, mengaku ada di posisi serba salah. Misalnya ketika memproduseri penyanyi dan merilis album, ada permintaan berbeda dari pihak yang diajak kerjasama seperti pihak pengusaha RBT dan distributor CD.

Menurutnya ada permintaan berbeda dari dua pihak itu dalam melihat femonena pembajakan. Di satu sisi pengusaha RBT ingin membiarkan produk bajakan tetap laris di pasaran. Sementara distributor CD dengan tegas ingin tak ada produk bajakan yang dijual di pasaran.

"Jadi ada dua persepsi yang berbeda, ada dua kepentingan dalam menyikapi keberadaan produk bajakan ini," kata Dose saat ditemui usai menghadiri diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).

Di mata produser, Dose mengaku ingin mengambil keuntungan dari penjualan album. Namun hal itu sulit karena produk bajakan merajalela. "Persoalan produk bajakan ini juga kembali pada kesadaran masyarakat itu sendiri. Di kita masyarakat lebih menginginkan produk yang murah walaupun bajakn daripada beli produk asli," paparnya.

Penyanyi pop Sunda Rika Rafika mengaku banyak mendapat hal positif dari adanya produk bajakan. Sebab lewat produk bajakan, dirinya jauh lebih dikenal masyarakat. "Apalagi kalau di kampung-kampung, penjualan produk bajakan itu dilakukan door to door dan harganya murah," ucapnya.

Ia senang melihat hal itu karena banyak orang yang bisa mendengarkan lagunya. Namun di sisi lain hal itu jelas sebuah kerugian bagi produser. Sebab seorang penyanyi sulit lepas dari produser, sementara produser mengambil keuntungan salah satunya dari penjualan album.

"Bos company recording atau produser terbentur finansial karena produk bajakan ini. Ini jadi bahan pemikiran bagi kita semua agar bagaimana caranya ke depan musik pop Sunda makin langgeng, makin diminati, tapi masyarakat tidak membeli produk bajakan," tutur Rika.

(ors/tya)

Banyak Produser Musik Pop Sunda Tiarap

Oris Riswan Budiana - detikBandung
Bandung - Musik pop Sunda dinilai terus mengalami kemunduran dari segi penjualan CD atau VCD. Akibatnya banyak produser yang selama ini menggeluti bisnis di bidang musik pop Sunda tiarap.

"Sekarang banyak produser yang tiarap karena pasaran kita lesu, market RBT juga drop. Apalagi sekarang produk banyakan sangat banyak," ujar produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda, Dose Hudaya.

Hal itu dikemukakan Dose dalam diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).

Menurutnya, banyak produser yang menyerah karena musik pop sunda sedang mengalami penurunan dari segi penjualan. Tak hanya itu, distributor penyalur CD dan VCD musik pop sunda juga banyak yang gulung tikar.

"Bagaimana musik pop sunda bisa berkembang kalau tidak ada distributor yang menyalurkan," jelasnya.

Fenomena menurunnya bisnis di jalur musik pop Sunda terus mengalami penurunan sejak berkibar pada era 1990-an. Tahun 2000-an, tren musik pop Sunda tak lagi menggeliat.

Diakui Dose, saat ini banyak bermunculan penyanyi pop Sunda baru. Namun kemunculan mereka cenderung tidak diimbangi kualitas mumpuni sebagai penyanyi. Kemunculan mereka pun bukan berasal dari cetakan produser, melainkan personel alias membiayai sendiri seluruh biaya rekaman, pembuatan video klip hingga tayang di stasiun televisi.

"Yang bikin itu kebanyakan bukan produser, mereka ukurannya cuma punya duit buat rekaman, bikin video klip dan tayang. Orientasinya bukan bisnis, tapi asal nampang," tutur Dose.

Hal itu yang kemudian menyebabkan citra musik pop sunda dipandang tidak berkualitas dan berbuntut pada lesunya penjualan. Sebab para penyanyi yang nampang di televisi tak punya kualitas memadai untuk menjadi penyanyi.

Disinggung berapa produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda saat ini, Dose tidak tahu pasti. "Tapi mungkin sekarang cuma saya saja yang eksis. Dan saya akan terus bergerak di jalur musik pop Sunda sampai kapanpun," tegasnya.

Soal menurunnya bisnis musik pop Sunda, ia menyebut salah satu parameternya yakni dari sisi penjualan album. "Sekarang laku 100 keping saja sudah bagus. Kalau dulu jauh lebih banyak dari itu," tandas Dose.

(ors/ern)


INDUSTRI KREATIF: Kembalikan Kejayaan Musik Pop Sunda

BANDUNG (bisnis-jabar.com) – Dalam rangka mempertanyakan eksistensi industri musik pop Sunda yang selama ini diklaim tengah redup, sejumlah artis, pengamat dan pelaku musik Sunda hadir dalam sebuah diskusi yang digelar di Kantor Redaksi Galura, Jl. Belakang Factory Bandung, Kamis (28/6)
Sebagai pembicara dalam diskusi yang bertajuk ‘Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda’ itu a.l Dose Hudaya (Produser), Rika Rafika (artis dan penyanyi pop Sunda) dan Indra Ridwan (Pengamat Musik Sunda).
Sejumlah musisi, artis dan budayawan Sunda tampak hadir mengikuti acara a.l. Nining Meida, Asep Darso, Yayan Jatnika, Aam Amilia dll.
Dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 13:00-16:00 itu, Dose menuturkan bahwa industri musik pop saat ini terpuruk, pasalnya beberapa distributor musik pop sunda banyak yang bangkrut.
“Saat ini, sejumlah distributor musik pop sunda di Jawa Barat sudah pada tutup,” katanya.
Dia menjelaskan salah satu faktor utama yang menyebabkan bangkrutnya industri musik pop Sunda yaitu merebaknya pembajakan kaset dan CD (comapct disc).
Sementara itu, menurut Indra Ridwan, faktor penyebab redupnya musik pop Sunda di tanah air khususnya di Jawa Barat adalah munculnya teknologi canggih seperti Internet.
“Sekarang kan jaman modern, zaman canggih. Orang tinggal buka Youtube saja untuk mendengar atau melihat video [musik pop sunda],” katanya.
Menurut dia, dengan adanya kondisi seperti itu, semua pihak dari artis, distributor dan produser harus berperan aktif melahirkan inovasi yang dapat mendongkrak kembali penjualan musik pop Sunda.
“Untuk mengembalikan kembali kejayaan musik pop Sunda, semua pihak harus kreatif,” katanya.
Sementara itu, seperti dalam amatan bisnis-jabar, diskusi berlangsung hangat setelah moderator membuka sesi tanya jawab. Nining Meida sendiri yang tampak mengikuti diskusi sekaligus dikenal sebagai ikon penyanyi pop Sunda, masih terlihat cantik dengan wajah ber-makeup kemerahan. (k5/ajz)

Penjualan Menurun, Penggemar Musik Pop Sunda Justru Bertambah

Oris Riswan Budiana - detikBandung 
Bandung - Di tengah terpuruknya penjualan album musik pop Sunda, penggemar musik tersebut justru makin lama bertambah banyak. Hal itu dikemukakan pengamat musik pop Sunda Indra Permana.
"Kita lihat dari kemunculan pop Sunda sampai sekarang, belum pernah kehilangan penggemar, bahkan makin bertambah," kata Indra kepada wartawan usai menghadiri diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).

Ia sendiri paham jika penjualan album musik pop Sunda turun drastis dibanding beberapa tahun lalu. Selain banyaknya produk bajakan, banyak penyanyi baru yang muncul tapi tidak berkualitas.

Menurutnya, penjualan album tidak berarti penggemar musik pop Sunda berkurang. Sebab meski penjualan album memble, penyanyi pop Sunda tetap laris diundang manggung dalam berbagai acara.

"Kalau bisnis lewat penjualan album menurun tapi penyanyinya banyak tawaran manggung, itu kan bisnis juga, dibayar juga," papar Indra.

Namun itu lebih banyak berlaku bagi para penyanyi pop Sunda yang berkualitas mumpuni dan punya tempat di hati masyarakat atau
penggemarnya.

Indra mengakui, perlu ada upaya dari berbagai pihak demi mengangkat kembali citra musik pop Sunda. "Perlu ada kreativitas dari pihak-pihak terkait," ucapnya.

Produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda, Dose Hudaya, mengaku akan terus menghasilkan karya berkualitas. Selain kualitas penyanyi yang bagus, ia juga akan terus meningkatkan kualitas lainnya seperti kualitas rekaman hingga video klip.

"Saya akan berusaha meningkatkan kualitas dari berbagai sisi dan akan konsisten di jalur ini, karena saya cinta musik pop Sunda," paparnya.

Selama ini, Dose sendiri selalu berusaha menyuguhkan karya berkualitas. Selain lagu, video klip pun dibuat seapik mungkin dan
layak ditayangkan di televisi nasional, bukan asal jadi.

Dengan begitu, ia optimistis musik pop Sunda akan kembali mencapai kejayaan. "Mudah-mudahan badai segera berlalu," harap Dose.

(ors/ern)

Musisi Sunda Bahas Kondisi Musik Pop Sunda

Musisi pop Sunda menggelar diskusi bertajuk Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda yang digelar pada Kamis (28/6/2012), di Kantor Galura, Jalan Banceuy Kota Bandung. - inilah.com/Astri Agustina
Oleh: Astri Agustina
Jabar - Kamis, 28 Juni 2012 | 15:07 WIBINILAH.COM, Bandung - Musisi pop Sunda menggelar diskusi bertajuk Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda yang digelar pada Kamis (28/6/2012), di Kantor Galura, Jalan Banceuy Kota Bandung.

Diskusi ini dihadiri oleh H Dose Hudaya, Rika Rafika, dan Indra Ridwan sebagai pembicara dan Rosyid E Abby sebagai moderator. Diskusi sendiri membicarakan tentang bagaimana kondisi musik pop Sunda saat ini.

"Pop Sunda itu sulit didefinisikan. Perkembangannya sangat membanggakan karena sekarang kreatifitasnya semakin tinggi," ujar Indra Ridwan dalam diskusi di Jalan Blk Factory (Banceuy) Kota Bandung, Kamis (28/6/2012).

Meski pengaruh budaya Barat sangat kentara dalam musik pop sunda, tidak boleh menjadi pengaruh dan menggiring ke arah yang negatif. Justru harus dikembangkan dengan kreatifitas yang dimiliki agar menjadi sebuah karya baru.[ang]