Bandung, varianews.com -- Penyanyi dan
lagu Sunda tunbuh subur di tahun 90an. Nama-nama pesohor seperti Nia
Daniati, Doel Sumbang dan Hetty Koes Endang, ikut meramaikan blantika
musik Pop Sunda.
Namun bersamaan berjalannya waktu, penyanyi dan lagu Sunda, kini tak
lagi tumbuh.
Pengamat, produser dan artis pop Sunda
mengakui sekarang ini bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal
itu terungkap dalam diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di
Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai,
Bandung, Kamis (28/6).
"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar
tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi
sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta
dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah
seorang pembicara pada diskusai itu.
Menurutnya eksistensi
produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya
masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga
dirasakan oleh lagu pop Indonesia."Untuk lagu pop Sunda menurut saya
masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu
penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda
masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman
Tembang Bentang-bentang.
Krisis tersebut diakui Dose muncul
karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki
setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya
muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang
bisa dikonsumsi masyarakat.
Pengamat musik pop Sunda, Indra
Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop
Sunda di University of Pittsburgh Amerika, mengatakan untuk mengukur
kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan
album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping
lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain
yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang
kesuksesannya.
"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu
memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya
pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul
hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan
penggemar," katanya.
Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika
mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang
merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan
finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis
dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengesplorasi kreatifitasnya.
Meskipun
marak pembjakan,, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan.
Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album.
Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.
Pesatnya
kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan
rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album
lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun
ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV
Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.
Perusahaan
yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik
Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop.
"Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala,
Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.
Menurunnya
angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata
dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini
tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.
Produser lagu
Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu
Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana
bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat
perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8
album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip
lagu Sunda di televisi lokal.
Penjualan album Bentang-Bentang
jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu
keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain
mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu,
Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat
mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli,"
ujarnya.(BS-variaseni)
saé artikelna. sukses kanggo DH production. pami aya waktos mangga linggihan blog abdi ogé.
BalasHapusEPOWB's
http://etuprimandhika.blogspot.com/
Amin, hatur nuhun ,,,,,
BalasHapusmangga,,,,