href="http://www.widgeo.net">widgeo.net widgeo.net widgets basketball-0007.gif from 123gifs.eu

Follow Us

Minggu, 01 Juli 2012

Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari

Bandung, varianews.com -- Penyanyi dan lagu Sunda tunbuh subur di tahun 90an. Nama-nama pesohor seperti Nia Daniati, Doel Sumbang dan Hetty Koes Endang, ikut meramaikan blantika musik Pop Sunda. Namun bersamaan berjalannya waktu, penyanyi dan lagu Sunda, kini tak lagi tumbuh.

Pengamat, produser dan artis pop Sunda mengakui sekarang ini bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal itu terungkap dalam diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai, Bandung, Kamis (28/6).

"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah seorang pembicara pada diskusai itu.

Menurutnya eksistensi produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga dirasakan oleh lagu pop Indonesia."Untuk lagu pop Sunda menurut saya masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman Tembang Bentang-bentang.

Krisis tersebut diakui Dose muncul karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang bisa dikonsumsi masyarakat.

Pengamat musik pop Sunda, Indra Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang kesuksesannya.

"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan penggemar," katanya.

Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengesplorasi kreatifitasnya.

Meskipun marak pembjakan,, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan. Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album. Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.

Pesatnya kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.

Perusahaan yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop. "Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala, Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.

Menurunnya angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.

Produser lagu Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8 album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip lagu Sunda di televisi lokal.

Penjualan album Bentang-Bentang jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu, Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli," ujarnya.(BS-variaseni)

Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari

2 komentar:

  1. saé artikelna. sukses kanggo DH production. pami aya waktos mangga linggihan blog abdi ogé.



    EPOWB's

    http://etuprimandhika.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Amin, hatur nuhun ,,,,,
    mangga,,,,

    BalasHapus