tanggal 25 Desember 2012
+Bentang dhProduction
Selasa, 25 Desember 2012
Selasa, 04 Desember 2012
Band Religi Debu Kolaborasi dengan Musisi Sunda, Dose Hudaya
Selasa, 4 Desember 2012 18:34 wib
Tomi Tresnady - Okezone
Debu (Foto: Tomi Tresnady/okezone)
Mereka berkolaborasi membawakan tembang lawas yang diaransemen lagi dengan corak musik Sunda dengan gambus khas Debu, berjudul “Bidadari Akang” salah satu koleksi lagu dari album Bentang-Bentang III.
“Tadinya saya nggak pernah tahu. Selama ini beliau nggak pernah rekaman tetapi baru mau sama kami. Ya ini sebuah kehormatan besar yang susah diungkapkan,” tutur vokalis Debu, Mustafa saat berbincang dengan Media di Jakarta, belum lama ini.
Walau musik etnik di dalam negeri sendiri banyak “dicampakkan”, bagi Debu musik etnik Sunda adalah hal yang luar biasa. Mereka berjanji akan membawakan lagu ini saat tampil di luar negeri.
”Apalagi penggemar Debu dimana-mana, ada di Asia Tenggara, Turki, Algeria dan pasti ditonton di mana-mana. Ini suatu kebanggan buat saya bisa membawa musik Indonesia keluar," ungkap penyanyi berambut pirang ini.
Bagi Dose sendiri yang kebetulan hadir bersama Debu mengaku tak bisa menjelaskan hingga dirinya bisa berkolaborasi dengan salah satu band religi yang di sukai di Indonesia hingga mancanegara itu.
“Nah, itu yang sampai sekarang belum bisa terjawab, sampai saya tanya keluarga saya, kok bisa mau kerja sama dengan Debu,” katanya.
Menurutnya, lagu tersebut pernah dibawakannya secara solo saat tampil di TVRI. “Tapi saya enggak mau menyanyikan sendiri untuk komersil. Nah, pas ada Debu kok saya jadi kepengen keluarin lagi. Aneh juga sih,” ujar pria yang kental dengan logat Sundanya ini.
Mustafa menambahkan, dirinya merasa puas dengan hasil rekamannya. “Kita berharap besar ke depannya bisa bekerja sama lebih lama lagi,” harapnya.
(tre)
http://music.okezone.com/read/2012/12/04/389/727333/band-religi-debu-kolaborasi-dengan-musisi-sunda-dose-hudaya
Sabtu, 01 Desember 2012
Kolaborasi Group DEBU Dengan Dose Hudaya Pada Album Bentang-Bentang 3
Sabtu, 01 Desember 2012 - 22:55:16 WIB
Diposting oleh : Agus Budi c
Dcentronews - Jakarta
Grup band religi Debu mengaku bangga berkolaborasi dengan Dose Hudaya, produser dan musisi terkenal dari tanah Sunda.
Mustafa selaku Vokalis Debu mengatakan, "Buat saya ini sebuah kehormatan besar. Tadinya saya nggak pernah tahu. Selama ini beliau nggak pernah rekaman tetapi baru mau sama kami. Ya ini sebuah kehormatan besar yang susah."
Bermusik menurut mustofa adalah bagaimana menghasilkan sebuah karya yang bisa membuat hati puas. Terlepas hasil karya tersebut akan diterima dengan penilaian negatif atau positif,namun dengan niatan menyuguhkan seni yang benar-benar murni dari hati tentu akan membuat masyarakat terbuka untuk memahami seni dengan hati, lanjut Mustaa saat Presscon di Pisa Cafe Mahakam, Jum'at (30/11)
Debu dan Dose bekerja sama membawakan lagu lawas dengan warna musik tradisional dicampur gambus berjudul Bidadari Akang, dalam album kompilasi Bentang-Bentang III. \
Mustafa sangat berhara bisa membawa musik tradisional Indonesia ke dunia luar. Debu berjanji akan membawakan lagu yang berirama musik Sunda tersebut pada setiap penampilannya di luar negeri.
"Buat kami suatu kebanggaan bisa mengangkat lagu tradisional Indonesia. Apalagi penggemar Debu dimana-mana, ada di Asia Tenggara, Turki, Algeria dan pasti ditonton dimana-mana. Ini suatu kebanggan buat saya bisa membawa musik Indonesia keluar," terangnya.
"Kedepannya Debu akan kembali dikawinkan dengan seniman lain seperti Didi Kempot. Tapi menurut saya,hasil dari Bidadari Akang sangat membuat saya dan seniman sunda yang lainnya puas, dan akhirnya Bentang-Bentang III berhasil diluncurkan, tutup Dose.
http://www.dcentronews.com/
Diposting oleh : Agus Budi c
Dcentronews - Jakarta
Grup band religi Debu mengaku bangga berkolaborasi dengan Dose Hudaya, produser dan musisi terkenal dari tanah Sunda.
Mustafa selaku Vokalis Debu mengatakan, "Buat saya ini sebuah kehormatan besar. Tadinya saya nggak pernah tahu. Selama ini beliau nggak pernah rekaman tetapi baru mau sama kami. Ya ini sebuah kehormatan besar yang susah."
Bermusik menurut mustofa adalah bagaimana menghasilkan sebuah karya yang bisa membuat hati puas. Terlepas hasil karya tersebut akan diterima dengan penilaian negatif atau positif,namun dengan niatan menyuguhkan seni yang benar-benar murni dari hati tentu akan membuat masyarakat terbuka untuk memahami seni dengan hati, lanjut Mustaa saat Presscon di Pisa Cafe Mahakam, Jum'at (30/11)
Debu dan Dose bekerja sama membawakan lagu lawas dengan warna musik tradisional dicampur gambus berjudul Bidadari Akang, dalam album kompilasi Bentang-Bentang III. \
Mustafa sangat berhara bisa membawa musik tradisional Indonesia ke dunia luar. Debu berjanji akan membawakan lagu yang berirama musik Sunda tersebut pada setiap penampilannya di luar negeri.
"Buat kami suatu kebanggaan bisa mengangkat lagu tradisional Indonesia. Apalagi penggemar Debu dimana-mana, ada di Asia Tenggara, Turki, Algeria dan pasti ditonton dimana-mana. Ini suatu kebanggan buat saya bisa membawa musik Indonesia keluar," terangnya.
"Kedepannya Debu akan kembali dikawinkan dengan seniman lain seperti Didi Kempot. Tapi menurut saya,hasil dari Bidadari Akang sangat membuat saya dan seniman sunda yang lainnya puas, dan akhirnya Bentang-Bentang III berhasil diluncurkan, tutup Dose.
http://www.dcentronews.com/ news/kategori/ berita-2045-kolaborasi-group-de bu-dengan-dose-husada-pada-alb um-bentangbentang-3.html
Jumat, 30 November 2012
Debu Featuring Dose Telurkan Pop Sunda
Jumat, 30 November 2012 - 23:27:34 WIB
Diposting oleh : Emerita
Kategori: SHOW & SELEBRITI - Dibaca: 13 kali
satumenit - Jakarta
Kesyahduan suara penyanyi Pop Sunda, Darso, mampu mencuri perhatian musisi yang tergabung dalam grup Debu (Saleem) sehingga membuatnya menobatkan diri sebagai fans berat Darso.Tepatnya sejak dua tahun lalu, Saleem mulai mengenal Darso melalui karya hingga akhirnya jatuh cinta. Menurutnya, Darso adalah sosok kharismatik dengan vokal dan musikalitas yang tak sembarangan.
Berawal dari sang ayah yang mengetahui Darso dari situs Youtube, pria keturunan Timur Tengah itu pun mulai menyukainya. Meski genre musik Pop Sunda itu terasa baru di telinganya, Saleem justru ingin belajar untuk mendalami. Saleem bersama bandnya Debu, kini sedang mencoba mendalami musik Sunda dengan berkolaborasi bersama Dose Hudaya, seorang produser musik Pop Sunda,yang telah menelurkan artis terkenal Evi Tamala.
Bagi Saleem, Pop Sunda yang dinyanyikan bersama Dose dengan judul Bidadari Akang,disebut bertajuk "tribute For Darso",dan dia pribadi berharap bisa tinggal di Kota Kembang. Karena baginya bicara musikalitas, orang-orang asli Sunda mampu menghasilkan karya yang kerap membuatnya takjub."Orang sini kreatif. Musiknya enak sekali didengar. Makanya saya harap bisa tinggal di sini untuk belajar lebih dalam lagi soal musik Sunda," tandasnya.
Pertemuan singkatnya dengan Dose Hudaya membuatnya mantap mengawinkan vokal Mustofa dengan Dose. Dan ternyata dalam waktu 2 hari saja mereka kembali bertemu di dapur rekaman dengan hasil yang membuat semua yang terlibat didalam penggarapan lagu ini sangat puas.
"Dalam lagu ini saya sebagai musisi sangat puas, karena semua unsur alat musik yang selalu identik dengan Debu tertuang dalam lagu Bidadari Akang. Dan saya merasa bahwa lagu ini sangat menyentuh di hati." tutur Mustofa pada wartawan sore itu di Pisa Cafe,Jakarta.
Bermusik menurut mustofa adalah bagaimana menghasilkan sebuah karya yang bisa membuat hati puas. Terlepas hasil karya tersebut akan diterima dengan penilaian negatif atau positif,namun dengan niatan menyuguhkan seni yang benar-benar murni dari hati tentu akan membuat masyarakat terbuka untuk memahami seni dengan hati.
Hal ini diamini juga oleh Dose yang ternyata terpesona dengan kwalitas bermusik Debu,hingga mau turun gunung dan menyanyi bersama. Dan ternyata sambutan masyarakat sunda terlebih bandung,lagu ini diterima dengan sangat antusias. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa,sudah hafal lagu ini walaupun belum dibuat CDnya.
"Kedepannya Debu akan kembali dikawinkan dengan seniman lain seperti Didi Kempot. Tapi menurut saya,hasil dari Bidadari akang sangat membuat saya dan seniman sunda yang lainnya puas.Dan akhirnya Bentang-Bentang III berhasil diluncurkan" tambah Dose Hudaya kepada wartawan.
http://www.satumenit.com/kategori/media.php?module=detailberita&id=1132
Diposting oleh : Emerita
Kategori: SHOW & SELEBRITI - Dibaca: 13 kali
satumenit - Jakarta
Kesyahduan suara penyanyi Pop Sunda, Darso, mampu mencuri perhatian musisi yang tergabung dalam grup Debu (Saleem) sehingga membuatnya menobatkan diri sebagai fans berat Darso.Tepatnya sejak dua tahun lalu, Saleem mulai mengenal Darso melalui karya hingga akhirnya jatuh cinta. Menurutnya, Darso adalah sosok kharismatik dengan vokal dan musikalitas yang tak sembarangan.
Berawal dari sang ayah yang mengetahui Darso dari situs Youtube, pria keturunan Timur Tengah itu pun mulai menyukainya. Meski genre musik Pop Sunda itu terasa baru di telinganya, Saleem justru ingin belajar untuk mendalami. Saleem bersama bandnya Debu, kini sedang mencoba mendalami musik Sunda dengan berkolaborasi bersama Dose Hudaya, seorang produser musik Pop Sunda,yang telah menelurkan artis terkenal Evi Tamala.
Bagi Saleem, Pop Sunda yang dinyanyikan bersama Dose dengan judul Bidadari Akang,disebut bertajuk "tribute For Darso",dan dia pribadi berharap bisa tinggal di Kota Kembang. Karena baginya bicara musikalitas, orang-orang asli Sunda mampu menghasilkan karya yang kerap membuatnya takjub."Orang sini kreatif. Musiknya enak sekali didengar. Makanya saya harap bisa tinggal di sini untuk belajar lebih dalam lagi soal musik Sunda," tandasnya.
Pertemuan singkatnya dengan Dose Hudaya membuatnya mantap mengawinkan vokal Mustofa dengan Dose. Dan ternyata dalam waktu 2 hari saja mereka kembali bertemu di dapur rekaman dengan hasil yang membuat semua yang terlibat didalam penggarapan lagu ini sangat puas.
"Dalam lagu ini saya sebagai musisi sangat puas, karena semua unsur alat musik yang selalu identik dengan Debu tertuang dalam lagu Bidadari Akang. Dan saya merasa bahwa lagu ini sangat menyentuh di hati." tutur Mustofa pada wartawan sore itu di Pisa Cafe,Jakarta.
Bermusik menurut mustofa adalah bagaimana menghasilkan sebuah karya yang bisa membuat hati puas. Terlepas hasil karya tersebut akan diterima dengan penilaian negatif atau positif,namun dengan niatan menyuguhkan seni yang benar-benar murni dari hati tentu akan membuat masyarakat terbuka untuk memahami seni dengan hati.
Hal ini diamini juga oleh Dose yang ternyata terpesona dengan kwalitas bermusik Debu,hingga mau turun gunung dan menyanyi bersama. Dan ternyata sambutan masyarakat sunda terlebih bandung,lagu ini diterima dengan sangat antusias. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa,sudah hafal lagu ini walaupun belum dibuat CDnya.
"Kedepannya Debu akan kembali dikawinkan dengan seniman lain seperti Didi Kempot. Tapi menurut saya,hasil dari Bidadari akang sangat membuat saya dan seniman sunda yang lainnya puas.Dan akhirnya Bentang-Bentang III berhasil diluncurkan" tambah Dose Hudaya kepada wartawan.
http://www.satumenit.com/kategori/media.php?module=detailberita&id=1132
Debu Bangga Kolaborasi Musisi Ternama Sunda , Dose Hudaya
INILAH.COM, Jakarta - Grup band religi Debu mengaku bangga berkolaborasi dengan Dose Hudaya, produser dan musisi terkenal dari tanah Sunda.
"Buat saya ini sebuah kehormatan besar. Tadinya saya nggak pernah tahu. Selama ini beliau nggak pernah rekaman tetapi baru mau sama kami. Ya ini sebuah kehormatan besar yang susah diungkapkan," ujar Mustafa, vokalis Debu di Pissa Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (30/11).
Debu dan Dose bekerja sama membawakan lagu lawas dengan warna musik tradisional dicampur gambus berjudul Bidadari Akang, dalam album kompilasi Bentang-Bentang III.
Mustafa berharap, bisa membawa musik tradisional Indonesia ke dunia luar. Debu berjanji akan membawakan lagu yang berirama musik Sunda tersebut pada setiap penampilannya di luar negeri.
"Buat kami suatu kebanggaan bisa mengangkat lagu tradisional Indonesia. Apalagi penggemar Debu dimana-mana, ada di Asia Tenggara, Turki, Algeria dan pasti ditonton dimana-mana. Ini suatu kebanggan buat saya bisa membawa musik Indonesia keluar," terangnya. [aji]
http://www.inilah.com/read/detail/1932775/debu-bangga-kolaborasi-musisi-ternama-sunda
Minggu, 11 November 2012
"Bidadari Akang"
minggu, 11 november 2012 17:03 WIB
Kolaborasi Dose Hudaya dengan Debu
yosie wijaya |
Dose Hudaya dan grup Debu |
Anjeun bidadari akang
Anjeun malaikat akang
Anjeun ratu akang raja dina kahirupan di dunya …………………………..
Spenggal lirik lagu "Bidadari Akang", karya cipta Dose Hudaya bakal go public lewat Album Kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" Jilid III awal 2013 mendatang.
Ada yang unik dalam lagu tersebut. Dose berkolaborasi dengan Mustafa vokalis Debu, grup musik Muslim asal Amerika Serikat yang sama sekali tidak punya image Pop Sunda.
Tidak hanya di sektor vocal, Debu pun memberi sentuhan musikal, dengan memasukkan sound dari instrumen-instrumen khas yang biasa dimainkan oleh mereka.
Menurut Dose, kolaborasi ini berproses dengan cepat. Tanpa rencana dan rekayasa. Berawal dari perkenalan Dose dengan Saleem pada Kamis 1 November lalu di LDR Studio, Bandung.
Saleem diajak oleh Hendri Lamiri, musisi Jakarta yang pada hari itu dijadwalkan mengisi biola sebanyak 8 lagu untuk Album Kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" Jilid III.
Saleem pun sempat mencoba mengisi saxophone bambo untuk satu lagu. Kembali ke Jakarta malam itu juga, Saleem membawa sample album-album karya cipta Dose.
Komunikasi pun berlanjut, Debu menyampaikan ketertarikan kepada lagu-lagu karya Dose, dan siap berkolaborasi. Pembicaraan intens via telefon pun berlanjut dan berujung pada kesepakatan untuk berkolaborasi pada lagu "Bidadari Akang" .
"Lagu Bidadari Akang sudah siap, bahkan pernah saya nyanyikan di acara Hariring TVRI Jabar, tinggal masuk vokal Mustafa dan diisi instrumen musik khas Debu" terang Dose. Rekaman vokal Mustafa dan instrumen-instrumen musik Debu dikerjakan dalam satu malam, Rabu 7 November, dan langsung syuting videoklip besok harinya, dari pukul 08.00i hingga pukul 14.00. Harus on time karena Debu padat jadwal. Dan ini juga merupakan pembelajaran, bahwa salah satu ciri profesional adalah tepat waktu.
"Debu sangat profesional dan kooperatif, personality-nya pun enak, santun dalam bergaul. Dari segi musik, bukan hanya saya, arranger yang menggarap musik Bidadari Akang pun merasa puas. Masuknya instrumen-instrumen Debu memperkaya kemasan musik Bidadari Akang", papar Dose di sela kesibukan syuting videoklip bersama Debu, yang berlangsung Kamis 8 November di home base DH Production, Cilengkrang, Bandung.
"Tadinya," tambah Dose,
"Ada keraguan di sisi vokal, jangan-jangan nantinya jomplang antara vokal saya dengan vokal Mustafa. Tapi ternyata tidak, pengucapan dan penjiwaannya bagus. Saya sungguh puas. Masuknya instrumen musik Debu pun bisa harmonis dengan musik etnik Sunda. Harmonisasi musik Bidadari Akang tetap terjaga. Dan, satu hal lagi, kerjasama ini lebih didasari pada ketertarikan Debu pada kekuatan lagu, lirik, dan pamor serta promo DH Production di Jabar dan sekitarnya, bukan didasari pada ketertarikan finansial." jelasnya.
Menurut Saleem, peniup saxophone bambo grup Debu yang bicara mewakili grupnya, lagu "Bidadari Akang" hasil kolaborasi ini mempunyai nilai jual untuk ditawarkan ke pasar luar negeri.
"Ini lagu yang bagus dan unik, musiknya perpaduan etnik Sunda dengan musik Debu yang mengusung World Music. Saya optimis, dengan dukungan promosi yang bagus, lagu ini bisa menembus pasar internasional,". papar Saleem.
Sementara itu, dimintai tanggapannya tentang kolaborasi tersebut, artis Pop Sunda ternama Rika Rafika berucap,
"Kolaborasi Pak Dose Hudaya dengan Debu menurut saya bagus, mantap. Tentunya membawa warna baru di kancah Pop Sunda. Bravo Pop Sunda…..! ".
Spenggal lirik lagu "Bidadari Akang", karya cipta Dose Hudaya bakal go public lewat Album Kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" Jilid III awal 2013 mendatang.
Ada yang unik dalam lagu tersebut. Dose berkolaborasi dengan Mustafa vokalis Debu, grup musik Muslim asal Amerika Serikat yang sama sekali tidak punya image Pop Sunda.
Tidak hanya di sektor vocal, Debu pun memberi sentuhan musikal, dengan memasukkan sound dari instrumen-instrumen khas yang biasa dimainkan oleh mereka.
Menurut Dose, kolaborasi ini berproses dengan cepat. Tanpa rencana dan rekayasa. Berawal dari perkenalan Dose dengan Saleem pada Kamis 1 November lalu di LDR Studio, Bandung.
Saleem diajak oleh Hendri Lamiri, musisi Jakarta yang pada hari itu dijadwalkan mengisi biola sebanyak 8 lagu untuk Album Kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" Jilid III.
Saleem pun sempat mencoba mengisi saxophone bambo untuk satu lagu. Kembali ke Jakarta malam itu juga, Saleem membawa sample album-album karya cipta Dose.
Komunikasi pun berlanjut, Debu menyampaikan ketertarikan kepada lagu-lagu karya Dose, dan siap berkolaborasi. Pembicaraan intens via telefon pun berlanjut dan berujung pada kesepakatan untuk berkolaborasi pada lagu "Bidadari Akang" .
"Lagu Bidadari Akang sudah siap, bahkan pernah saya nyanyikan di acara Hariring TVRI Jabar, tinggal masuk vokal Mustafa dan diisi instrumen musik khas Debu" terang Dose. Rekaman vokal Mustafa dan instrumen-instrumen musik Debu dikerjakan dalam satu malam, Rabu 7 November, dan langsung syuting videoklip besok harinya, dari pukul 08.00i hingga pukul 14.00. Harus on time karena Debu padat jadwal. Dan ini juga merupakan pembelajaran, bahwa salah satu ciri profesional adalah tepat waktu.
"Debu sangat profesional dan kooperatif, personality-nya pun enak, santun dalam bergaul. Dari segi musik, bukan hanya saya, arranger yang menggarap musik Bidadari Akang pun merasa puas. Masuknya instrumen-instrumen Debu memperkaya kemasan musik Bidadari Akang", papar Dose di sela kesibukan syuting videoklip bersama Debu, yang berlangsung Kamis 8 November di home base DH Production, Cilengkrang, Bandung.
"Tadinya," tambah Dose,
"Ada keraguan di sisi vokal, jangan-jangan nantinya jomplang antara vokal saya dengan vokal Mustafa. Tapi ternyata tidak, pengucapan dan penjiwaannya bagus. Saya sungguh puas. Masuknya instrumen musik Debu pun bisa harmonis dengan musik etnik Sunda. Harmonisasi musik Bidadari Akang tetap terjaga. Dan, satu hal lagi, kerjasama ini lebih didasari pada ketertarikan Debu pada kekuatan lagu, lirik, dan pamor serta promo DH Production di Jabar dan sekitarnya, bukan didasari pada ketertarikan finansial." jelasnya.
Menurut Saleem, peniup saxophone bambo grup Debu yang bicara mewakili grupnya, lagu "Bidadari Akang" hasil kolaborasi ini mempunyai nilai jual untuk ditawarkan ke pasar luar negeri.
"Ini lagu yang bagus dan unik, musiknya perpaduan etnik Sunda dengan musik Debu yang mengusung World Music. Saya optimis, dengan dukungan promosi yang bagus, lagu ini bisa menembus pasar internasional,". papar Saleem.
Sementara itu, dimintai tanggapannya tentang kolaborasi tersebut, artis Pop Sunda ternama Rika Rafika berucap,
"Kolaborasi Pak Dose Hudaya dengan Debu menurut saya bagus, mantap. Tentunya membawa warna baru di kancah Pop Sunda. Bravo Pop Sunda…..! ".
Sabtu, 10 November 2012
Wah, Band Religi Debu Garap Lagu Sunda
Oleh: Astri Agustina
Musik dan film - Jumat, 9 November 2012 | 14:49 WIB
Band Religi Debu - inilah.com/Astri Agustina
INILAH.COM, Bandung - Ada gebrakan baru dari band Debu.
Setelah dikenal sebagai band religi, kini Debu mencoba sesuatu yang baru
dengan berkolaborasi dengan produser penyanyi Sunda, Dose Hudaya dalam
sebuah lagu Sunda bertajuk Bidadari Akang.
Pertemuan musisi berbeda budaya serta aliran musik itu sontak membuat karya yang dihasilkan terasa unik. Balutan alat musik khas Timur Tengah milik Debu serta kentalnya melodi Pop Sunda berpadu menjadi satu hingga menghadirkan musik baru.
Kolaborasi itu bermula dari kehadiran Debu di Kota Kembang untuk bertemu dengan musisi lokal Dose Hudaya. Pembicaraan mengenai proyek lagu Pop Sunda itu kemudian berlanjut serius hingga kesepakatan untuk berkolaborasipun dimulai.
"Enggak sengaja bertemu, saya tawarkan sama Debu lagu ini. Kemudian mereka ternyata suka, serius dan hasilnya kolaborasi seperti sekarang," ujar Dose Hudaya kepada INILAH.COM saat ditemui di kantor DH Production, Jalan Cilengkrang, Kota Bandung, Kamis (8/11/2012).
Para personil Debu yang menyambut dengan tangan terbuka tawaran Dose untuk berkolaborasi mengaku senang bisa bernyanyi lagu Pop Sunda. Pasalnya, sudah sejak lama mereka menyukai lagu daerah asal Jawa Barat itu.
"Kami sambut baik tawaran itu karena kami sendiri memang sudah suka sama musik Sunda. Unik dan enak didengar. Makanya engga butuh waktu lama buat kita akhirnya menjalin kerjasama. Dari bertemu, besoknya membuat video klip," papar salah seorang personil Debu, Saleem.
Tembang bertajuk Bidadari Akang sendiri rencananya akan mulai dirilis pada awal tahun 2013 mendatang. Namun, untuk video klip sendiri segera diluncurkan pada minggu depan.
"Kalau sudah rampung, minggu depan juga kita akan rilis. Sesegera mungkin karena sekarang juga kita kan sedang membuat video klipnya. Namun kalau untuk kolaborasi, enggak akan hanya sampai di sini. Rencananya akan berlanjut," tandas Dose. [ito]
Pertemuan musisi berbeda budaya serta aliran musik itu sontak membuat karya yang dihasilkan terasa unik. Balutan alat musik khas Timur Tengah milik Debu serta kentalnya melodi Pop Sunda berpadu menjadi satu hingga menghadirkan musik baru.
Kolaborasi itu bermula dari kehadiran Debu di Kota Kembang untuk bertemu dengan musisi lokal Dose Hudaya. Pembicaraan mengenai proyek lagu Pop Sunda itu kemudian berlanjut serius hingga kesepakatan untuk berkolaborasipun dimulai.
"Enggak sengaja bertemu, saya tawarkan sama Debu lagu ini. Kemudian mereka ternyata suka, serius dan hasilnya kolaborasi seperti sekarang," ujar Dose Hudaya kepada INILAH.COM saat ditemui di kantor DH Production, Jalan Cilengkrang, Kota Bandung, Kamis (8/11/2012).
Para personil Debu yang menyambut dengan tangan terbuka tawaran Dose untuk berkolaborasi mengaku senang bisa bernyanyi lagu Pop Sunda. Pasalnya, sudah sejak lama mereka menyukai lagu daerah asal Jawa Barat itu.
"Kami sambut baik tawaran itu karena kami sendiri memang sudah suka sama musik Sunda. Unik dan enak didengar. Makanya engga butuh waktu lama buat kita akhirnya menjalin kerjasama. Dari bertemu, besoknya membuat video klip," papar salah seorang personil Debu, Saleem.
Tembang bertajuk Bidadari Akang sendiri rencananya akan mulai dirilis pada awal tahun 2013 mendatang. Namun, untuk video klip sendiri segera diluncurkan pada minggu depan.
"Kalau sudah rampung, minggu depan juga kita akan rilis. Sesegera mungkin karena sekarang juga kita kan sedang membuat video klipnya. Namun kalau untuk kolaborasi, enggak akan hanya sampai di sini. Rencananya akan berlanjut," tandas Dose. [ito]
Jumat, 09 November 2012
Band Debu Garap Lagu Sunda
2012-11-09 00:00:00
Band Debu, yang dikenal dengan lagu religinya, mencoba sesuatu yang baru dengan berkolaborasi bersama produser dan pencipta lagu Sunda, Dose Hudaya dalam lagu berjudul Bidadari Akang.
Kolaborasi bermula dari kehadiran Debu di Kota Bandung untuk bertemu Dose Hudaya. Pembicaraan mengenai proyek lagu Pop Sunda itu berlanjut serius hingga sepakat untuk berkolaborasi.
''Enggak sengaja bertemu, saya tawarkan sama Debu lagu ini. Kemudian mereka ternyata suka, serius dan hasilnya kolaborasi seperti sekarang,'' ujar Dose Hudaya kepada di kantor DH Production, Jalan Cilengkrang, Kota Bandung, Kamis (8/11/2012).
Para personil Debu yang menyambut dengan tangan terbuka tawaran Dose untuk berkolaborasi mengaku senang bisa bernyanyi lagu Pop Sunda. Pasalnya, sudah sejak lama mereka menyukai lagu daerah asal Jawa Barat itu.
''Kami sambut baik tawaran itu karena kami sendiri memang sudah suka sama musik Sunda. Unik dan enak didengar. Makanya engga butuh waktu lama buat kita akhirnya menjalin kerjasama. Dari bertemu, besoknya membuat video klip,'' papar salah seorang personil Debu, Saleem.
Lagu berjudul Bidadari Akang sendiri rencananya dirilis pada awal tahun 2013 Namun, video klipnya segera diluncurkan minggu depan.
''Kalau sudah rampung, minggu depan juga kita akan rilis. Sesegera mungkin karena sekarang juga kita kan sedang membuat video klipnya. Namun kalau untuk kolaborasi, enggak akan hanya sampai di sini. Rencananya akan berlanjut,'' tandas Dose.
sumber: inilahjabar.com
( written by : roni ramdan )
www.rasefm.com/news/viewDetail1.php?id=1799
2012-11-09 00:00:00
Band Debu, yang dikenal dengan lagu religinya, mencoba sesuatu yang baru dengan berkolaborasi bersama produser dan pencipta lagu Sunda, Dose Hudaya dalam lagu berjudul Bidadari Akang.
Kolaborasi bermula dari kehadiran Debu di Kota Bandung untuk bertemu Dose Hudaya. Pembicaraan mengenai proyek lagu Pop Sunda itu berlanjut serius hingga sepakat untuk berkolaborasi.
''Enggak sengaja bertemu, saya tawarkan sama Debu lagu ini. Kemudian mereka ternyata suka, serius dan hasilnya kolaborasi seperti sekarang,'' ujar Dose Hudaya kepada di kantor DH Production, Jalan Cilengkrang, Kota Bandung, Kamis (8/11/2012).
Para personil Debu yang menyambut dengan tangan terbuka tawaran Dose untuk berkolaborasi mengaku senang bisa bernyanyi lagu Pop Sunda. Pasalnya, sudah sejak lama mereka menyukai lagu daerah asal Jawa Barat itu.
''Kami sambut baik tawaran itu karena kami sendiri memang sudah suka sama musik Sunda. Unik dan enak didengar. Makanya engga butuh waktu lama buat kita akhirnya menjalin kerjasama. Dari bertemu, besoknya membuat video klip,'' papar salah seorang personil Debu, Saleem.
Lagu berjudul Bidadari Akang sendiri rencananya dirilis pada awal tahun 2013 Namun, video klipnya segera diluncurkan minggu depan.
''Kalau sudah rampung, minggu depan juga kita akan rilis. Sesegera mungkin karena sekarang juga kita kan sedang membuat video klipnya. Namun kalau untuk kolaborasi, enggak akan hanya sampai di sini. Rencananya akan berlanjut,'' tandas Dose.
sumber: inilahjabar.com
( written by : roni ramdan )
www.rasefm.com/news/viewDetail1.php?id=1799
Senin, 22 Oktober 2012
minggu, 21 oktober 2012 00:48 WIB
Wina DH
Masuk Pasar Musik Nasional
TAK mudah memang untuk tetap konsern
dijalur pop Sunda yang notabene jarang dipublikasikan oleh jalur media
nasional. Tak heran jika regenerasi genre pop Sunda bisa dibilang cukup
memakan waktu yang lama. Alhasil untuk para pendatang pop Sunda bisa
dihitung jari, terlebih bagi mereka yang benar-benar eksis dijalurnya.
Salah satu penggiat genre pop Sunda yang sampai kini masih menggaung dijalurnya yaitu Wina Roataman atau yang akrab disapa Wina. Penyanyi yang sempat hits di era 90-an bersama grup vokal ceweknya D'Hebrieng, tetap setia kibarkan musik pop Sunda. Sederet hits sempat dicetak oleh grup yang diorbitkan oleh H. Dose Hudaya ini.
Kini di era dimana genre musik makin beragam, Wina pun semakin melebarkan sayapnya ke jalur pop Indonesia. Meski demikian bukan berarti jalur pop Sunda ditinggalkannya. Pasalnya, ia masih kerap menyajikan musik dengan lirik-lirik Sunda diberbagai kesempatan.
Sementara untuk jalur pop Indonesia, ia pun telah melempar album solo bertajuk "Gairah Cinta". Beberapa lagu dalam album tersebut merupakan recycle dari lagu-lagu yang sudah populer dari Sule seperti "Susis", "Bola Salju", dan "Bye Bye". Dalam lagu Bye Bye, Wina menyanyi bersama top rapper Indonesia, Iwa K.
"Tentu saja dengan duetnya bareng Iwa K. menjadi pengalaman tersendiri, selain bangga karena bisa berduet dengan top rapper. Banyak ilmu baru juga yang bisa diserap," ungkapnya saat ditemui belum lama ini.
Lewat karya teranyarnya itu, Wina pun sukses menyabet panggung hiburan nasional. Belakang ini lewat panggung "100 persen Ampuh" besutan Global TV, Wina DH kerap tampil unjuk kabisa. Pada tanggal 21 dan 28 Oktober mendatang, Wina pun akan tampil di pentas "100 persen Ampuh" yang akan digelar di Festival City Link, Jln. Peta Bandung.
"Siapa yang tidak senang, ternyata apa yang kita lakukan bisa di apresiasi oleh masayarakat luas. Terlebih lewat panggung "100 persen Ampuh" tentunya menjadi kesempatan besar untuk saya bisa lebih mengembangkan diri," tuturnya.
Diakuinya memang tidak mudah bisa hinggap dikancah musik nasional. Namun dengan keyakinan yang didukung oleh kemampuan, semua bisa terealisasi. Terbukti dengan keuletannya terus mengasah vokal di musik, kini Wina mulai memetik hasilnya.
Wina sendiri mengawali kiprahnya di industri rekaman pada tahun 1988, lewat sebuah album kompilasi Pop Indonesia produksi Dose Hudaya yang melibatkan sederet penyanyi pop Indonesia seperti Broery Pesolima serta Emilia Contessa. Selanjutnya memasuki era 90-an, Wina pun menyanyi dengan menggandeng Deddy Dores yang kemudian disibukan oleh kewajiban sebagai ibu rumah tangga.
Namun tak berhenti sampai disana. "Ya dorongan untuk tetap berkesenian itu selalu ada. Menyanyi 'kan sudah panggilan jiwa, maka ketika sempat tertunda, sayapun akhirnya kembali menyanyi. Hanya saja kalau dulu saya sempat eksis di grup, setelah saya kembali langsung membuat album kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" jilid 1 bersama Darso (alm.), Sule dkk. Disana Wina sendiri menyanyikan lagu berjudul "Cinta Ibarat Kalangkang" dalam racikan kualitas yang pantas diperhitungkan.
"Jangan mentang-mentang Pop Sunda kemudian digarap serampangan. Profesionalisme dan tanggung jawab estetika tetap saja harus ada. Yang jelas lagu harus bagus, musik harus bagus, vokal harus bagus, video klip harus bagus" tandasnya.
Sejak itu nama Wina pun terus melaju dan mengukuhkan posisi di jagat pop Sunda. Posisinya kian kuat lewat lagu "Gairah Cinta" dan "Cinta Nu Salah" yang dimuat dalam album kompilasi pop Sunda "Bentang-Bentang" jilid II dari produser Dose Hudaya yang dipasarkan tahun 2010.
Salah satu penggiat genre pop Sunda yang sampai kini masih menggaung dijalurnya yaitu Wina Roataman atau yang akrab disapa Wina. Penyanyi yang sempat hits di era 90-an bersama grup vokal ceweknya D'Hebrieng, tetap setia kibarkan musik pop Sunda. Sederet hits sempat dicetak oleh grup yang diorbitkan oleh H. Dose Hudaya ini.
Kini di era dimana genre musik makin beragam, Wina pun semakin melebarkan sayapnya ke jalur pop Indonesia. Meski demikian bukan berarti jalur pop Sunda ditinggalkannya. Pasalnya, ia masih kerap menyajikan musik dengan lirik-lirik Sunda diberbagai kesempatan.
Sementara untuk jalur pop Indonesia, ia pun telah melempar album solo bertajuk "Gairah Cinta". Beberapa lagu dalam album tersebut merupakan recycle dari lagu-lagu yang sudah populer dari Sule seperti "Susis", "Bola Salju", dan "Bye Bye". Dalam lagu Bye Bye, Wina menyanyi bersama top rapper Indonesia, Iwa K.
"Tentu saja dengan duetnya bareng Iwa K. menjadi pengalaman tersendiri, selain bangga karena bisa berduet dengan top rapper. Banyak ilmu baru juga yang bisa diserap," ungkapnya saat ditemui belum lama ini.
Lewat karya teranyarnya itu, Wina pun sukses menyabet panggung hiburan nasional. Belakang ini lewat panggung "100 persen Ampuh" besutan Global TV, Wina DH kerap tampil unjuk kabisa. Pada tanggal 21 dan 28 Oktober mendatang, Wina pun akan tampil di pentas "100 persen Ampuh" yang akan digelar di Festival City Link, Jln. Peta Bandung.
"Siapa yang tidak senang, ternyata apa yang kita lakukan bisa di apresiasi oleh masayarakat luas. Terlebih lewat panggung "100 persen Ampuh" tentunya menjadi kesempatan besar untuk saya bisa lebih mengembangkan diri," tuturnya.
Diakuinya memang tidak mudah bisa hinggap dikancah musik nasional. Namun dengan keyakinan yang didukung oleh kemampuan, semua bisa terealisasi. Terbukti dengan keuletannya terus mengasah vokal di musik, kini Wina mulai memetik hasilnya.
Wina sendiri mengawali kiprahnya di industri rekaman pada tahun 1988, lewat sebuah album kompilasi Pop Indonesia produksi Dose Hudaya yang melibatkan sederet penyanyi pop Indonesia seperti Broery Pesolima serta Emilia Contessa. Selanjutnya memasuki era 90-an, Wina pun menyanyi dengan menggandeng Deddy Dores yang kemudian disibukan oleh kewajiban sebagai ibu rumah tangga.
Namun tak berhenti sampai disana. "Ya dorongan untuk tetap berkesenian itu selalu ada. Menyanyi 'kan sudah panggilan jiwa, maka ketika sempat tertunda, sayapun akhirnya kembali menyanyi. Hanya saja kalau dulu saya sempat eksis di grup, setelah saya kembali langsung membuat album kompilasi Pop Sunda "Bentang-Bentang" jilid 1 bersama Darso (alm.), Sule dkk. Disana Wina sendiri menyanyikan lagu berjudul "Cinta Ibarat Kalangkang" dalam racikan kualitas yang pantas diperhitungkan.
"Jangan mentang-mentang Pop Sunda kemudian digarap serampangan. Profesionalisme dan tanggung jawab estetika tetap saja harus ada. Yang jelas lagu harus bagus, musik harus bagus, vokal harus bagus, video klip harus bagus" tandasnya.
Sejak itu nama Wina pun terus melaju dan mengukuhkan posisi di jagat pop Sunda. Posisinya kian kuat lewat lagu "Gairah Cinta" dan "Cinta Nu Salah" yang dimuat dalam album kompilasi pop Sunda "Bentang-Bentang" jilid II dari produser Dose Hudaya yang dipasarkan tahun 2010.
(Tri widiyantie/"GM")**
Sabtu, 13 Oktober 2012
Perjalanan Music WINA DH
WINA HARTATI ROSTAMAN Ada Rasa Grogi PADA era tahun 90-an nama
Wina Hartati Rostaman cukup populer. Bersama grup band D'Imut, ia meniti karier
di blantika musik nasional. Pamornya kian melesat ketika membentuk sebuah
kelompok vokal, D'Hebring (1991) bersama Rima, Lia dan Yossie. Ketika itu, Wina
dan kawan-kawan menggebrak pentas musik lewat tembang-tembang pop Sunda
berirama disco reggae. Kesuksesan tersebut membuat Wina pede menyematkan
sebutan D'Hebring dibelakang nama aslinya. Cara itu tentu saja agar publik
makin mengenal serta sebagai upaya kian mengatrol popularitas. Secara perlahan,
Wina mulai menapak ke papan atas deretan penyanyi top Indonesia. Hal itu
langsung mencuri perhatian musisi senior, Deddy Dores. Penyanyi dan pencipta
lagu kawakan tersebut kepincut terhadap olah vokal Wina hingga ia memintanya
berduet pada lagu "Tragedi Pagi", sebuah persembahan untuk mengenang
peristiwa kecelakaan yang merengut nyawa Nike Ardilla. Wina juga sukses lewat
album debutan "Serat Cinta", "Empot-empotan", lalu disusul
album ketiga pop Indonesia, "Hanya Satu". Selain tenar bersama grup,
Wina juga sukses sebagai penyanyi solo yang ditandai dengan dirilisnya satu
album pop Sunda bertajuk "Suka-suka". Namun setelah album itu
meledak, kiprah Wina nyaris tak terdengar lagi. Hampir 17 tahun ia hilang bak
ditelan bumi. Baik di panggung hiburan maupun dalam album kaset, sosok Wina tak
pernah dijumpai. Ia baru eksis lagi setahun lalu terlibat dalam album
"Bentang-Bentang" jilid 1 tahun 2010 . Wina sebenarnya tidak begitu
ngotot untuk kembali ke dunia tarik suara, namun melihat animo publik terhadap
album "Bentang-Bentang" membuat ia terjun lagi dalam penggarapan
"Bentang-Bentang" jilid 2 buah cipta sang suami H. Dose Hudaya S.H.
Bersama sejumlah penyanyi Sunda seperti Darso, Sule, Tika Zein, Barakatak,
Ayank dan Lina Sule, perempuan kelahiran Bandung, 19 Juli 1969 ini meramaikan
kemasan DH Production tersebut. "Keikutsertaan saya di album itu
semata-mata untuk mempertahankan eksistensi pop Sunda agar tidak sampai tergusur
oleh jenis musik lain," kata Wina di kediamanya, Jln. Cilengkrang,
Ujungberung Bandung, Kamis (14/7). "Sejujurnya saya sempat tidak ada
semangat lagi menyanyi. Tapi ketika melihat kondisi lagu pop Sunda yang digarap
asal jadi, membuat saya terlecut untuk nyanyi lagi. Terlebih suami memotivasi
sehingga saya percaya diri kembali tampil," tambahnya. Menurutnya, album
barunya hadir karena dorongan hati. Kerinduan untuk menyanyi di depan publik
selalu menggodanya. "Hati tetap enggak bisa dibohongi. Selalu ada keinginan
untuk kembali bernyanyi. Makanya ketika ada tawaran dari suami, saya langsung
mau," papar inu dari dua anak Cynthia Ivana Sari Hudaya (19) dan Revalina
Salsabila Sari Hudaya (7) ini. Dalam album kompilasi yang juga menampilkan
sejumlah penyanyi beken di genre pop Sunda itu, Wina mendapat jatah dua lagu,
"Gairah Cinta" dan "Cinta Nu Salah". "Saya jadi new
comer kembali. Ada perasaan grogi juga maklum hampir tujuh belas tahun
vakum," tetapi senang juga, karena teryata masih banyak yang suka suara
saya," bilang Wina
Adalah H. Dose Hudaya ( DH ), produser dan pencipta lagu kahot dan
sarat inovasi. Kini mengusung wina untuk menggarap sebuah album pop indonesia.
Tak tanggung-tanggung, rapper nomor wahid di indonesia Iwa K disandingkan untuk
berduet dalam album anyar pop indonesia Wina D'Hebring feat Iwa K yang saat ini
sedang dalam promosi .
“saya merasa tersanjung dapat berkolaborasi dengan Iwa K, apalagi
ini merupakan album pop indonesia saya yang pertama,” diakui wina pada
pembuatan disebuah kawasan di bandung timur.
Lebih jauh wina mengaku senang dan menyambut baik tawaran DH untuk
berduet dengan Iwa K. Menurut biduan yang pernah populer lewat lagu “Gairah
Cinta” dan “Memendam Rasa” ini, melantunkan pop indonesia dirinya merasa lebih
pede meski musikalitas banyak mengalami perubahan.
“melantunkan pop sunda itu kan sebenarnya cukup sulit dengan
cengkoknya, makanya saya lebih percaya diri membawakan pop indonesia,” tutur
wina .
10 buah lagu dalam berbagai jenis musik, mulai R n B hingga house
music terangkum dalam album Wina, meski lagu-lagu dalam album wina merupakan
”recicle” yang seluruhnya buah karya DH seperti “Bye-bye”, “Susis”, Don’t worry
be happy” yang sebelumnya dibawakan sule. Terasa lebih fresh lewat sentuhan
tangan dingin DH yang kemampuannya menciptakan Hits memang tidak diragukan
lagi.
Album pop indonesia wina ini terasa unik dan menarik dinikmati,
simak saja nomor lagu lainnya, “O.E.A.E.O” dalam warna house music yang kental.
Kolaborasi wina dan barakatak group terasa lebih ritmis dan heboh. Lagu itu
sempat dibawakan barakatak bareng Tika Zeins si album “bentang – bentang 2”
inovasi dan terobosan baru ala DH juga disajikan dalam lagu “Bola Salju”, pada
awal boomingnya lagu itu dikemas dalam konsep full band dan dalam album wina
dibawakan dalam balutan house misic memang banyak kejutan inovatif secara
musikalitas dan aransemen versi DH dalam album baru pop indonesia Wina
D’Hebring, juga paduan vocal Wina dan Iwa K yang padu dan unik .https://twitter.com/winadh
Rabu, 15 Agustus 2012
Rabu, 04 Juli 2012
LAGU POP SUNDA
Oleh: A. MIRZA RAMDHANI
DALAM sebuah obrolan ringan bersama beberapa musisi Kota Bandung, terlontar sebuah pertanyaan mengenai nasib lagu pop Sunda. Salah seorang musisi sempat bertanya, "Emang aya keneh nu daek meuli album Pop Sunda? "Pertanyaan bernada pesimis itu wajar diungkapkan. Pasalnya, di tengah gempuran grup band pengusung musik pop modern, lagu Sunda dianggap terpinggirkan. Selain itu, kondisi pasar musik yang tengah "lesu darah" dan menggilanya aksi pembajakan karya cipta, disinyalir bakal menjadi pemicu gagalnya pemasaran lagu Sunda. Apalagi di pasar musik masih berkembang pemahaman yang cenderung stereotip menempatkan pop Sunda sebagai musik kelas dua.
Namun, rupanya sinyalemen itu keliru. Respon pasar berbicara sebaliknya. Terbukti, album "Bentang-Bentang II" yang digarap DH Production dengan pencipta lagu Dose Hudaya, mampu membalikan anggapan tersebut. Begitu pula dengan tembang "Cinta Urang Duaan" yang mengolaborasikan biduan muda Astria dengan penyanyi gaek Darso (alm) sanggup menyihir publik musik Jawa Barat untuk membeli VCD-nya.
DH Production tidak menyebut secara pasti, tetapi konon penjualannya mencapai puluhan ribu keping untuk album "Bentang-Bentang II". Suatu prestasi pasar yang pantas membuat Dose dan musisi lain berbangga hati. "Alhamdulillah, album 'Bentang-Bentang' membuktikan pop Sunda juga bisa laku keras. Selama album digarap dengan apik, lagunya bagus, musiknya bagus, vokalnya bagus, klipnya bagus, saya selalu yakin, pasti akan dilirik konsumen," kata Dose.
Untuk situasi pasar pop Sunda sekarang, angka tersebut sangat signifikan. Situasi pasar pop Sunda saat ini dan dua tahun silam pada saat "Bentang-Bentang I" diluncurkan, menurut Dose sebetulnya banjir oleh produk. Justru karena banjir dan pengaruh menurunnya daya beli, konsumen jadi bersikap selektif.
Karena itu, tidak ada alasan bagi musisi Sunda untuk berhenti berkreasi jika melihat hasil manis yang dicapai Dose dan kawan-kawan. Tinggal bagaimana mengemas sebuah lagu agar bisa diterima pasar. Jadi jangan ada kata pesimis dalam berkarya. Maju terus penyanyi dan pencipta lagu Sunda. Karya kalian pasti bakal mendapat tempat. (Wartawan Galamedia)**
DALAM sebuah obrolan ringan bersama beberapa musisi Kota Bandung, terlontar sebuah pertanyaan mengenai nasib lagu pop Sunda. Salah seorang musisi sempat bertanya, "Emang aya keneh nu daek meuli album Pop Sunda? "Pertanyaan bernada pesimis itu wajar diungkapkan. Pasalnya, di tengah gempuran grup band pengusung musik pop modern, lagu Sunda dianggap terpinggirkan. Selain itu, kondisi pasar musik yang tengah "lesu darah" dan menggilanya aksi pembajakan karya cipta, disinyalir bakal menjadi pemicu gagalnya pemasaran lagu Sunda. Apalagi di pasar musik masih berkembang pemahaman yang cenderung stereotip menempatkan pop Sunda sebagai musik kelas dua.
Namun, rupanya sinyalemen itu keliru. Respon pasar berbicara sebaliknya. Terbukti, album "Bentang-Bentang II" yang digarap DH Production dengan pencipta lagu Dose Hudaya, mampu membalikan anggapan tersebut. Begitu pula dengan tembang "Cinta Urang Duaan" yang mengolaborasikan biduan muda Astria dengan penyanyi gaek Darso (alm) sanggup menyihir publik musik Jawa Barat untuk membeli VCD-nya.
DH Production tidak menyebut secara pasti, tetapi konon penjualannya mencapai puluhan ribu keping untuk album "Bentang-Bentang II". Suatu prestasi pasar yang pantas membuat Dose dan musisi lain berbangga hati. "Alhamdulillah, album 'Bentang-Bentang' membuktikan pop Sunda juga bisa laku keras. Selama album digarap dengan apik, lagunya bagus, musiknya bagus, vokalnya bagus, klipnya bagus, saya selalu yakin, pasti akan dilirik konsumen," kata Dose.
Untuk situasi pasar pop Sunda sekarang, angka tersebut sangat signifikan. Situasi pasar pop Sunda saat ini dan dua tahun silam pada saat "Bentang-Bentang I" diluncurkan, menurut Dose sebetulnya banjir oleh produk. Justru karena banjir dan pengaruh menurunnya daya beli, konsumen jadi bersikap selektif.
Karena itu, tidak ada alasan bagi musisi Sunda untuk berhenti berkreasi jika melihat hasil manis yang dicapai Dose dan kawan-kawan. Tinggal bagaimana mengemas sebuah lagu agar bisa diterima pasar. Jadi jangan ada kata pesimis dalam berkarya. Maju terus penyanyi dan pencipta lagu Sunda. Karya kalian pasti bakal mendapat tempat. (Wartawan Galamedia)**
Read more: http://www.bandung.eu/2011/09/lagu-pop-sunda.html#ixzz1zinFe1bm
NOMOR TELPON PENTING KOTA BANDUNG
NOMOR TELPON PENTING KOTA BANDUNG
Dinas Pemadam Kebakaran | 022-113 / 022-7207113 |
Ambulance | 022-118 |
PMI
|
|
PMI Daerah Jawa Barat | 022-2500095 |
Informasi & Layanan Transfusi darah | 022-4207051, 4207052 |
Siaga P3K dan Layanan Bencana | 022-4213858 |
Cabang Kabupaten Bandung di Soreang | 022-5891313 |
RUMAH SAKIT
|
|
RSUP Hasan Sadikin | 022-2034953-55 |
- Instalasi Gawat Darurat | 022-2551198, 2551191 |
- Paviliun Parahyangan | 022-2031440, 2035986 |
- Paviliun Anggrek | 022-2034545 |
RSUD Ujung Berung (C) Kota Bandung | 022-7800017, 7811794 |
RSUD Astana Anyar | 022-5201139 |
RSU Sartika Asih | 022-5229544 |
RSU Advent | 022-2034386-9 |
RSU Santo Borromeus | 022-2552000 |
RSU Santo Yusuf | 022-7208172 |
RSU Muhammadiyah | 022-7301062, 7312167 |
RSU Al-Islam | 022-7562046, 7565588 |
RSU Pindad | 022-7321964 |
RSUD Cibabat Cimahi | 022-6652025 |
RSUD Soreang (C) | 022-5896590 |
RSUD Majalaya (C) | 022-5950035 |
RSU Lanud Sulaiman | 022-5409608 |
RSU Al-Ichsan | 022-5940872, 5941719 |
RSU Rajawali | 022-6011913, 6031087 |
RSU Limijati | 022-420770 |
RS Dustina Cihami | 022-6633967 |
RSU Kebonjati | 022-6140658 |
RS Cahya Kawaluyan | 022-6803700, 6803701 |
RSU Bungsu | 022-4231550, 4217371 |
RSU Immanuel | 022-5201656, 5201051 |
RS Mata Cicendo | 022-4231281 |
RS Bedah Halmahera | 022-4206061 |
RS Paru Dr. H.A Rotinsulu | 022-2034446 |
RS Bina Sehat | 022-5207964 |
RS Santosa | 022-4248222 |
RS Ibu & Anak Pasteur | 022-6072525, 60804422 |
RS Melinda | 022-4222788 |
RS AMC | 022-7781630 |
RS Hermina Arcamanik | 022-87242525 |
CALL CENTER PLN | 022-123 |
Pelayanan Gangguan PDAM | |
Kantor PDAM Kota Bandung | 022-2509030, 2509032 |
Pelayanan Gangguan Aliran Air | 022-2509031 |
Pelayanan/Informasi Pencatatan Meter | 022-2512620 |
Informasi Tagihan Rekening Air | 022-5309999 |
POLISI
|
|
Polda Jabar | 022-7800166, 7804777 |
Polrestabes Bandung | 022-4203500, 4244444 |
Polres Kota Cimahi | 022-6652095, 6640444 |
Polres Kabupaten Bandung | 022-85871965 |
SIM KELILING KOTA BANDUNG
Jadwal SIM Keliling Kota BandungSenin, 02 Juli 2012
- Mulai beroperasi mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai.
- Khusus Memperpanjang SIM A dan SIM C
- Khusus Warga yang ber-KTP Kotamadya Bandung
- Syarat:
- KTP Asli dan Fotocopy
- SIM Asli yang sudah habis masa berlaku
Mall Giant Pasteur
Jl. Dr. Djunjunan
Selasa, 03 Juli 2012
PasarMod Batununggal
Jl. Soekarno-Hatta (Komplek Batununggal Indah)
Rabu, 04 Juli 2012
Carrefour Kircon
Jl. Terusan Kiara Condong
Kamis, 05 Juli 2012
Metro Indah Mall
Jl. Soekarno-Hatta
Jumat, 06 Juli 2012
B.T.M Cicadas
Jl. Ibrahim Adjie (Kiaracondong)
Sabtu, 07 Juli 2012
Paramount (Planet 2000)
Jl. Sudirman
Minggu, 08 Juli 2012
Car Free Day Dago
Jl. Ir. H. Djuanda
Musik Pop Sunda Bertahan Lewat Iklan
miller-mccune.com
Bumenet-BANDUNG:-Walau
tergerus pembajakan, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan.
Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album.
Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.
Pesatnya kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.
Perusahaan yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop. "Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala, Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.
Menurunnya angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.
Produser lagu Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8 album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip lagu Sunda di televisi lokal.
Penjualan album Bentang-Bentang jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu, Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli," ujarnya.
Sementara itu, dosen dan peneliti lagu pop Sunda dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Indra Ridwan mengatakan, lagu pop Sunda sudah terkenal di sejumlah negara seperti Belanda, Jerman, dan Jepang sejak 1936 hingga 1980-an. Kepopulerannya kini terancam oleh masyarakat sendiri yang lebih menyukai album lagu bajakan karena harganya lebih murah.
Sejauh ini, kata penyanyi pop Sunda Nining Maida, belum ada jalan keluar yang menyelematkan nasib penyanyi, musisi, dan produser. Nining yang masih menghasilkan lagu-lagu pop Sunda baru dan memproduksinya sendiri, masih menelan kekecewaan. "Begitu dikeluarkan langsung dibajak, saya nggak tahu harus bagaimana ke depan," ujarnya.source:http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/112413655/Musik-Pop-Sunda-Bertahan-Lewat-Iklan
Pesatnya kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.
Perusahaan yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop. "Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala, Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.
Menurunnya angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.
Produser lagu Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8 album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip lagu Sunda di televisi lokal.
Penjualan album Bentang-Bentang jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu, Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli," ujarnya.
Sementara itu, dosen dan peneliti lagu pop Sunda dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Indra Ridwan mengatakan, lagu pop Sunda sudah terkenal di sejumlah negara seperti Belanda, Jerman, dan Jepang sejak 1936 hingga 1980-an. Kepopulerannya kini terancam oleh masyarakat sendiri yang lebih menyukai album lagu bajakan karena harganya lebih murah.
Sejauh ini, kata penyanyi pop Sunda Nining Maida, belum ada jalan keluar yang menyelematkan nasib penyanyi, musisi, dan produser. Nining yang masih menghasilkan lagu-lagu pop Sunda baru dan memproduksinya sendiri, masih menelan kekecewaan. "Begitu dikeluarkan langsung dibajak, saya nggak tahu harus bagaimana ke depan," ujarnya.source:http://www.tempo.co/read/news/2012/06/29/112413655/Musik-Pop-Sunda-Bertahan-Lewat-Iklan
Lagu Pop Sunda Alami Kemunduran
Kamis, 28 Juni 2012 18:10 WIB
BANDUNG,
TRIBUN - Pengamat, produser dan artis pop Sunda mengakui sekarang ini
bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal itu terungkap dalam
diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di Kantor Redaksi Galura,
Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai, Bandung, Kamis (28/6).
"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah seorang pembicara pada diskusai itu.
Menurutnya eksistensi produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga dirasakan oleh lagu pop Indonesia.
"Untuk lagu pop Sunda menurut saya masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman Tembang Bentang-bentang.
Krisis tersebut diakui Dose muncul karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang bisa dikonsumsi masyarakat.
Pengamat musik pop Sunda, Indra Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang kesuksesannya.
"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan penggemar," katanya.
Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengsplorasi kreatifitasnya. (*)
"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah seorang pembicara pada diskusai itu.
Menurutnya eksistensi produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga dirasakan oleh lagu pop Indonesia.
"Untuk lagu pop Sunda menurut saya masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman Tembang Bentang-bentang.
Krisis tersebut diakui Dose muncul karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang bisa dikonsumsi masyarakat.
Pengamat musik pop Sunda, Indra Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang kesuksesannya.
"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan penggemar," katanya.
Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengsplorasi kreatifitasnya. (*)
Penulis : ddh
Editor : dar
Astria
minggu, 01 juli 2012 00:38 WIB
Pakai Hati
Pakai Hati
CANTIK, muda, dan bersuara merdu. Lewat
kepiawaiannya bersenandung, wanita kelahiran Bandung, 8 Mei 1991 ini
selalu sukses menarik perhatian para pendengar musik. Maklum saja darah
seni yang dimilikinya, mampu mengantarkan mojang yang akrab disapa
Astria ini ke jalur musik sejak kecil.
Bahkan tak hanya eksis sebagai penyanyi Sunda, Astria juga lihai mebawakan musik beraliran pop rock. Menurutnya sejak awal muncul dirinya memang terlebih dahulu dikenal sebagai penyanyi pop. Namun setelah ia mengikuti audisi yang digelar salah satu rumah produksi ternama saat itu di mana mencari bakat-bakat penyanyi dijalur pop Sunda, bermodalkan suara merdunya ia pun lulus audisi. "Dari sanalah saya mulai eksis di pop Sunda," katanya saat ditemui di kantor Galura, belum lama ini.
Dengan tegas ia pun mengaku tak malu dirinya harus menyanyikan lagu-lagu Sunda. Padahal dengan penampilannya yang begitu cantik rasanya tak ada yang percaya jika wanita yang murah senyum ini adalah penyanyi Sunda. "Lagu Sunda sekarang kan lebih modern, berbeda dengan pop Sunda zaman dulu. Makanya saya sih santai-santai saja, malah bangga bisa ikut melestarikan musik pop Sunda," katanya.
Bahkan sekarang, ia tengah sibuk dengan promo lagu Sunda remix yang digarapnya bersama almarhum Darso. Bisa dibilang single Sunda remix berjudul "Cinta Urang Duaan" mulai mendapat perhatian para penikmat musik. "Lagunya tersebar di Youtube atau dunia maya, dan alhamdulillah responnya cukup bagus. Yang pasti sudah pake hati," jelasnya lagi.
Dan untuk undangan menyanyi pun ia menegaskan dirinya tak pernah khawatir sepi orderan. Pihak yang mengundangnya sebagian besar memintanya melantunkan tembang-tembang Sunda. "Bangga dong bisa ikut meramaikan dan melestarikan musik Sunda," tegasnya.
Ketika ditanya mana jalur yang akan dipilihnya, ia pun dengan malu-malu mengatakan suka dua-duanya. Malahan tidak lama lagi akan mulai menggarap single terbaru untuk musik pop bersama musisi-musisi ternama. "Tapi belum bisa dibocorkan, yang pasti untuk karya terbaru saya menciptakan karya sendiri," kata pelantun lagu "Dilema Cinta Segitiga", "Taukah Kamu", dan "Kecewa Aku Biasa" ini.
Ke depan ia pun telah menyiapkan karya-karya yang diharapkan bisa diterima masyarakat luas. "Kalau bisa tak hanya bisa nyanyi, saya juga lagi mempelajari banyak proses penggarapan musik itu seperti apa. Malahan juga untuk gambaran proses pemasarannya juga seperti apa. Ya itung-itung belajar mumpung masih muda. Siapa tahu ke depan bisa eksis di belakang layar juga," ujarnya.
Bahkan tak hanya eksis sebagai penyanyi Sunda, Astria juga lihai mebawakan musik beraliran pop rock. Menurutnya sejak awal muncul dirinya memang terlebih dahulu dikenal sebagai penyanyi pop. Namun setelah ia mengikuti audisi yang digelar salah satu rumah produksi ternama saat itu di mana mencari bakat-bakat penyanyi dijalur pop Sunda, bermodalkan suara merdunya ia pun lulus audisi. "Dari sanalah saya mulai eksis di pop Sunda," katanya saat ditemui di kantor Galura, belum lama ini.
Dengan tegas ia pun mengaku tak malu dirinya harus menyanyikan lagu-lagu Sunda. Padahal dengan penampilannya yang begitu cantik rasanya tak ada yang percaya jika wanita yang murah senyum ini adalah penyanyi Sunda. "Lagu Sunda sekarang kan lebih modern, berbeda dengan pop Sunda zaman dulu. Makanya saya sih santai-santai saja, malah bangga bisa ikut melestarikan musik pop Sunda," katanya.
Bahkan sekarang, ia tengah sibuk dengan promo lagu Sunda remix yang digarapnya bersama almarhum Darso. Bisa dibilang single Sunda remix berjudul "Cinta Urang Duaan" mulai mendapat perhatian para penikmat musik. "Lagunya tersebar di Youtube atau dunia maya, dan alhamdulillah responnya cukup bagus. Yang pasti sudah pake hati," jelasnya lagi.
Dan untuk undangan menyanyi pun ia menegaskan dirinya tak pernah khawatir sepi orderan. Pihak yang mengundangnya sebagian besar memintanya melantunkan tembang-tembang Sunda. "Bangga dong bisa ikut meramaikan dan melestarikan musik Sunda," tegasnya.
Ketika ditanya mana jalur yang akan dipilihnya, ia pun dengan malu-malu mengatakan suka dua-duanya. Malahan tidak lama lagi akan mulai menggarap single terbaru untuk musik pop bersama musisi-musisi ternama. "Tapi belum bisa dibocorkan, yang pasti untuk karya terbaru saya menciptakan karya sendiri," kata pelantun lagu "Dilema Cinta Segitiga", "Taukah Kamu", dan "Kecewa Aku Biasa" ini.
Ke depan ia pun telah menyiapkan karya-karya yang diharapkan bisa diterima masyarakat luas. "Kalau bisa tak hanya bisa nyanyi, saya juga lagi mempelajari banyak proses penggarapan musik itu seperti apa. Malahan juga untuk gambaran proses pemasarannya juga seperti apa. Ya itung-itung belajar mumpung masih muda. Siapa tahu ke depan bisa eksis di belakang layar juga," ujarnya.
(tri widiyantie/"GM")**
Wina Ingin D'hebring Lahir Kembali
selasa, 03 juli 2012 00:57 WIB
ERA tahun 1990-an, D'hebring sukses
menggebrak musik pop Sunda. Kelompok vokal yang terdiri atas empat
mojang belia itu mendapat sambutan positif. Namun kejayaan mereka
terhenti di tahun 1994 karena masing-masing personelnya disibukkan oleh
rutinintas mereka di luar musik.
Kendati demikian, nama D'hebring masih melekat di hati para penggemarnya. Hal itu dirasakan salah satu personel D'hebring yang hingga kini masih eksis di dunia tarik suara, namun memilih jalur solo karier, yaitu Wina.
Ditemui di kediaman, kawasan Cibiru, Kota Bandung, Senin (2/7), Wina mengaku bangga bisa menjadi bagian dari D'hebring. "Aku betul-betul bersyukur diberi kesempatan untuk bertemu dengan 3 personel lainnya untuk membentuk D'hebring. Pada masa itu kita tidak menyangka bisa menuai ketenaran yang seolah sulit untuk hilang dari ingatan para penggemar D'hebring," paparnya.
Ia menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan salah seorang fans D'hebring, yang tanpa sengaja menjadi penata riasnya saat ada acara manggung. Padahal saat Wina "tenar", penata rias tersebut masih kecil. "Sekarang dia udah gede dan jadi make-up artist, pas lagi seneng-senengnya sama D'hebring dia masih kecil katanya. Ya, aku banggalah nama D'hebring masih dikenang," tuturnya.
Banyak rezeki yang didapat Wina dari D'hebring selain ketenaran. Bersama Rima, Yosi, dan Mila, ia banyak belajar tentang musik dan kebersamaan, berjuang memberikan karya terbaik bagi penikmat musik. Dan itu terlihat dari genre musik D'hebring yang memiliki karakter berbeda. "Banyak alasan kenapa D'hebring disukai banyak pendengar. Kata orang sih di samping genre lagunya yang beda, D'hebring juga memiliki ciri khas dari kostumnya yang unik," jelasnya.
Kendati demikian, nama D'hebring masih melekat di hati para penggemarnya. Hal itu dirasakan salah satu personel D'hebring yang hingga kini masih eksis di dunia tarik suara, namun memilih jalur solo karier, yaitu Wina.
Ditemui di kediaman, kawasan Cibiru, Kota Bandung, Senin (2/7), Wina mengaku bangga bisa menjadi bagian dari D'hebring. "Aku betul-betul bersyukur diberi kesempatan untuk bertemu dengan 3 personel lainnya untuk membentuk D'hebring. Pada masa itu kita tidak menyangka bisa menuai ketenaran yang seolah sulit untuk hilang dari ingatan para penggemar D'hebring," paparnya.
Ia menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan salah seorang fans D'hebring, yang tanpa sengaja menjadi penata riasnya saat ada acara manggung. Padahal saat Wina "tenar", penata rias tersebut masih kecil. "Sekarang dia udah gede dan jadi make-up artist, pas lagi seneng-senengnya sama D'hebring dia masih kecil katanya. Ya, aku banggalah nama D'hebring masih dikenang," tuturnya.
Banyak rezeki yang didapat Wina dari D'hebring selain ketenaran. Bersama Rima, Yosi, dan Mila, ia banyak belajar tentang musik dan kebersamaan, berjuang memberikan karya terbaik bagi penikmat musik. Dan itu terlihat dari genre musik D'hebring yang memiliki karakter berbeda. "Banyak alasan kenapa D'hebring disukai banyak pendengar. Kata orang sih di samping genre lagunya yang beda, D'hebring juga memiliki ciri khas dari kostumnya yang unik," jelasnya.
(tri widiyantie/"GM")**
Kualitas Musik Pop Sunda Menurun
jumat, 29 juni 2012 01:18 WIB
Harus Ada Pemahaman Standardisasi
SAAT ini kualitas musik pop Sunda mengalami
penurunan yang cukup tajam dibandingkan era tahun '90-an. Pada tahun
itu para produser bisa dibilang memiliki standar penilaian, mana yang
layak dan tidak. Sedangkan saat ini karya-karya lagu pop Sunda yang
dilempar ke pasaran, tidak lagi memikirkan kualitas musik itu sendiri.
Demikian diungkapkan Dose Hudaya pada diskusi "Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda" di kantor Redaksi Galura, Kamis (28/6). Dikatakan, tahun '90-an kualitas musik pop Sunda juga dapat terjaga karena sumber daya manusia (SDM) yang terpelajar. Artinya, sekarang ini orang yang tidak bisa menyanyi saja bisa eksis untuk menjadi penyanyi, dan orang yang tidak bisa membuat musik bisa terkenal menjadi pembuat musik. "Istilahnya asal punya uang sekarang orang bisa jadi artis," tandas Dose.
Potret demikian, lanjutnya, cukup baik jika hanya untuk menyemarakkan musik pop Sunda. Namun kalau untuk menjadi indikator perkembangan akan kualitas musik pop Sunda, itu apa bisa dikatakan layak. "Apa kita sebagai warga Sunda tidak malu?" katanya.
Untuk itu, menurut Dose harus ada pemahaman tentang standardisasi yang layak dalam pencitraan musik Sunda. Meski diakuinya di satu sisi produser sendiri saat ini sedang tiarap sehingga akhirnya bermunculan produk yang pegiatnya bukan orang yang bisa menyanyi atau membuat musik.
"Jika kondisi ini dibiarkan, bagaimana nasib musik pop Sunda ke depannya. Maka salah satu solusi yang kerap dilakukan para pegiat seni khususnya pop Sunda, antara lain dengan menggelar beberapa acara audisi untuk menemukan para penyanyi berbakat yang betul-betul berpotensi, tidak hanya ingin eksis semata. Hasil saringan audisi tersebut dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang dilempar ke pasaran. Nah untuk hasilnya, biarkan masyarakat yang menilai, mana karya yang layak untuk diapresiasi atau tidak," jelasnya.
Peran media
Senada dengan Dose, praktisi dan artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan merasa miris ketika banyak karya yang ada hanya asal jadi. Namun perlu diakui bermunculannya lagu-lagu pop Sunda, meski hanya asal jadi ini, menambah semarak musik pop Sunda.
"Oleh sebab itu, salah satu caranya harus ada standardisasi, juga di media untuk penyanyi yang akan dimunculkan. Pihak media bisa membuat beragam program untuk membedakan mana penyanyi pop Sunda yang kalitasnya bisa diperhitungan di antara penyanyi-penyanyi legendaris, dan mana penyanyi yang baru muncul. Dengan begitu masyarakat akan mulai tergiring untuk tidak langsung menilai, jika perkembangan kualitas musik pop Sunda mulai menurun," ungkapnya.
Meski diakuinya, media tidak bisa membatasi mana yang layak tampil atau tidak, karena semua orang punya hak untuk tampil. "Karena itu disiasati lewat program atau rubrik yang diangkat," tegasnya.
Berbeda dengan Dose dan Rika, praktisi musik pop Sunda Indra Ridwan mengatakan, bukan hanya media yang memiliki peran untuk mengantarkan mana musik yang berkualitas atau tidak. "Karena media sangat membantu untuk sisi pemasaran. Jadi media tak punya andil utama untuk menentukan kualitas musik pop menurun atau tidak di mata masyarakat," tegasnya.
Yang perlu ditekankan di sini terkait perkembangan musik pop Sunda adalah pegiatnya. Mulai dari penyanyi hingga produser harus benar-benar memiliki kecintaan terhadap musik pop Sunda. "Dengan begitu tidak akan ada yang namanya karya asal jadi. Meski akuinya itu sangat sulit," ujarnya.
Indra juga menegaskan, yang perlu menjadi sorotan saat ini adalah perkembangan musik pop Sunda itu sendiri, bukan segi kualitasnya. "Dan yang juga penting dan hingga sekarang belum bisa diselesaikan adalah pembajakan. Kerena hal itu juga memberikan pengaruh besar terhadap pekembangan musik pop Sunda," pungkasnya.
Demikian diungkapkan Dose Hudaya pada diskusi "Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda" di kantor Redaksi Galura, Kamis (28/6). Dikatakan, tahun '90-an kualitas musik pop Sunda juga dapat terjaga karena sumber daya manusia (SDM) yang terpelajar. Artinya, sekarang ini orang yang tidak bisa menyanyi saja bisa eksis untuk menjadi penyanyi, dan orang yang tidak bisa membuat musik bisa terkenal menjadi pembuat musik. "Istilahnya asal punya uang sekarang orang bisa jadi artis," tandas Dose.
Potret demikian, lanjutnya, cukup baik jika hanya untuk menyemarakkan musik pop Sunda. Namun kalau untuk menjadi indikator perkembangan akan kualitas musik pop Sunda, itu apa bisa dikatakan layak. "Apa kita sebagai warga Sunda tidak malu?" katanya.
Untuk itu, menurut Dose harus ada pemahaman tentang standardisasi yang layak dalam pencitraan musik Sunda. Meski diakuinya di satu sisi produser sendiri saat ini sedang tiarap sehingga akhirnya bermunculan produk yang pegiatnya bukan orang yang bisa menyanyi atau membuat musik.
"Jika kondisi ini dibiarkan, bagaimana nasib musik pop Sunda ke depannya. Maka salah satu solusi yang kerap dilakukan para pegiat seni khususnya pop Sunda, antara lain dengan menggelar beberapa acara audisi untuk menemukan para penyanyi berbakat yang betul-betul berpotensi, tidak hanya ingin eksis semata. Hasil saringan audisi tersebut dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang dilempar ke pasaran. Nah untuk hasilnya, biarkan masyarakat yang menilai, mana karya yang layak untuk diapresiasi atau tidak," jelasnya.
Peran media
Senada dengan Dose, praktisi dan artis pop Sunda, Rika Rafika mengatakan merasa miris ketika banyak karya yang ada hanya asal jadi. Namun perlu diakui bermunculannya lagu-lagu pop Sunda, meski hanya asal jadi ini, menambah semarak musik pop Sunda.
"Oleh sebab itu, salah satu caranya harus ada standardisasi, juga di media untuk penyanyi yang akan dimunculkan. Pihak media bisa membuat beragam program untuk membedakan mana penyanyi pop Sunda yang kalitasnya bisa diperhitungan di antara penyanyi-penyanyi legendaris, dan mana penyanyi yang baru muncul. Dengan begitu masyarakat akan mulai tergiring untuk tidak langsung menilai, jika perkembangan kualitas musik pop Sunda mulai menurun," ungkapnya.
Meski diakuinya, media tidak bisa membatasi mana yang layak tampil atau tidak, karena semua orang punya hak untuk tampil. "Karena itu disiasati lewat program atau rubrik yang diangkat," tegasnya.
Berbeda dengan Dose dan Rika, praktisi musik pop Sunda Indra Ridwan mengatakan, bukan hanya media yang memiliki peran untuk mengantarkan mana musik yang berkualitas atau tidak. "Karena media sangat membantu untuk sisi pemasaran. Jadi media tak punya andil utama untuk menentukan kualitas musik pop menurun atau tidak di mata masyarakat," tegasnya.
Yang perlu ditekankan di sini terkait perkembangan musik pop Sunda adalah pegiatnya. Mulai dari penyanyi hingga produser harus benar-benar memiliki kecintaan terhadap musik pop Sunda. "Dengan begitu tidak akan ada yang namanya karya asal jadi. Meski akuinya itu sangat sulit," ujarnya.
Indra juga menegaskan, yang perlu menjadi sorotan saat ini adalah perkembangan musik pop Sunda itu sendiri, bukan segi kualitasnya. "Dan yang juga penting dan hingga sekarang belum bisa diselesaikan adalah pembajakan. Kerena hal itu juga memberikan pengaruh besar terhadap pekembangan musik pop Sunda," pungkasnya.
(tri widiyantie/"GM")**
Minggu, 01 Juli 2012
Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari
Bandung, varianews.com -- Penyanyi dan lagu Sunda tunbuh subur di tahun 90an. Nama-nama pesohor seperti Nia Daniati, Doel Sumbang dan Hetty Koes Endang, ikut meramaikan blantika musik Pop Sunda. Namun bersamaan berjalannya waktu, penyanyi dan lagu Sunda, kini tak lagi tumbuh.
Pengamat, produser dan artis pop Sunda
mengakui sekarang ini bisnis lagu pop Sunda mengalami kemunduran. Hal
itu terungkap dalam diskusi Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda di
Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory 2A, Banceuy Permai,
Bandung, Kamis (28/6).
"Jaya-jayanya musik pop Sunda itu sekitar
tahun 90-an. Saat itu produsernya saja ada sampai 10-an. Tapi
sekarang, hanya tinggal saya sendiri," tutur H Dose Hudaya, pencipta
dan produser rekaman dengan bendera DH Production yang menjadi salah
seorang pembicara pada diskusai itu.
Menurutnya eksistensi
produser lain makin menghilang satu persatu terutama setelah munculnya
masa krisis bisnis musik pop sejak tahun lalu. Bahkan krisis ini juga
dirasakan oleh lagu pop Indonesia."Untuk lagu pop Sunda menurut saya
masih lebih baik dibanding pop Indonesia. Karena pop Indonesia itu
penjualannya hanya mencapai 2 sampai 3 ribu keping, sedangkan pop Sunda
masih di atasnya," jelas Dose yang belum lama ini mengeluarkan rekaman
Tembang Bentang-bentang.
Krisis tersebut diakui Dose muncul
karena berbagai faktor. Mulai dari faktor idealisme yang dimiliki
setiap produser, kondisi pasar yang semakin modern yang di dalamnya
muncul pula para pembajak dan makin beragamnya musik-musik luar yang
bisa dikonsumsi masyarakat.
Pengamat musik pop Sunda, Indra
Ridwan yang sekarang ini sedang menggarap disertasi tentang musik pop
Sunda di University of Pittsburgh
Amerika, mengatakan untuk mengukur
kesuksesan bisnis musik pop Sunda itu jangan membandingkan dengan
album Kalangkang dengan artis Nining Meida yang mencapai 3 juta keping
lebih penjualannya. Karena untuk album ini jelas memiliki faktor lain
yang menurutnya belum banyak digali tentang latar belakang
kesuksesannya.
"Tapi menurut saya pada lagu Kalangkang itu
memang ada kesatuan yang utuh antara penyanyi dan lagunya yang karya
pak Nano S itu. Sedangkan jika melihat lagu pop Sunda ini sejak muncul
hinggga sekarang menurut saya masih tetap, tidak pernah kehilangan
penggemar," katanya.
Sementara artis pop Sunda, Rika Rafika
mengatakan sekarang ini banyak artis dan seniman pop Sunda yang
merasakan sulit berkembang karena banyak produser yang kesulitan
finansial. Semakin sedikitnya produser rekaman, menjadikan para artis
dan seniman kurang mendapat tempat untuk mengesplorasi kreatifitasnya.
Meskipun
marak pembjakan,, album dan lagu-lagu pop Sunda berusaha bertahan.
Caranya lewat iklan promosi di televisi dan penjualan paket album.
Sebagian penyanyi mengandalkan pentas di pelosok daerah.
Pesatnya
kemajuan teknologi dan pembajakan sekarang ini terus merontokkan
rantai distribusi penjualan album lagu. Sebuah agen distributor album
lagu terbesar di Bandung, CV Tropic, akan tutup usaha pada akhir tahun
ini. "Bisnisnya sudah sepi, dirusak sama bajakan juga," kata pemilik CV
Tropic, Jenny Liediawati di kantornya, Kamis, 28 Juni 2012.
Perusahaan
yang berdiri sejak 1973 itu lebih banyak menjual album-album musik
Sunda, dari jenis klasik seperti lagu tradisional Cianjuran sampai pop.
"Zaman kaset paling bagus pada 1980-an seperti album Jugala,
Kalangkang, dan Sabilulungan," ujar perempuan berusia 58 tahun itu.
Menurunnya
angka penjualan album itu mulai terjadi sejak 1998. Makin parah, kata
dia, selama 5 tahun terakhir. Karyawannya yang berjumlah 40 orang kini
tinggal 10 pegawai karena omzet terus merosot.
Produser lagu
Sunda, Dose Hudaya, mengaku khawatir jika agen distributor album lagu
Sunda terus tutup, apalagi yang terbesar seperti CV Tropic. "Bagaimana
bisnis musik Sunda berkembang kalau mereka tutup," ujarnya. Lewat
perusahaannya DH Production, ia membuat terobosan penjualan paket 8
album lagu Sunda sekaligus seharga Rp 75 ribu dan beriklan video klip
lagu Sunda di televisi lokal.
Penjualan album Bentang-Bentang
jilid 1 dan 2 misalnya, selama 3 tahun terakhir berjumlah 100 ribu
keping VCD. Walau begitu, album tersebut juga dibajak. Selain
mengandalkan kebijakan pemerintah untuk memberantas pembajakan lagu,
Dose yang juga pembuat lagu dan pengacara itu berharap masyarakat
mematikan pembajakan. "Caranya dengan hanya membeli album lagu asli,"
ujarnya.(BS-variaseni)
Kemana Lagu Pop Sunda Kiwari
Produk Bajakan Bikin Produser dan Penyanyi Pop Sunda Dilema
Jum'at,
29
Juni
2012
11:30 WIB
Bandung
- Produk bajakan seperti CD sudah sulit diberantas. Keberadaannya pun
menjadi dilema bagi produser dan penyanyi yang bergerak dibidang musik
pop Sunda. Di satu sisi merugikan, tapi di sisi lain menguntungkan.
Dose Hudaya, produser yang bergerak dibidang musik pop Sunda, mengaku ada di posisi serba salah. Misalnya ketika memproduseri penyanyi dan merilis album, ada permintaan berbeda dari pihak yang diajak kerjasama seperti pihak pengusaha RBT dan distributor CD.
Menurutnya ada permintaan berbeda dari dua pihak itu dalam melihat femonena pembajakan. Di satu sisi pengusaha RBT ingin membiarkan produk bajakan tetap laris di pasaran. Sementara distributor CD dengan tegas ingin tak ada produk bajakan yang dijual di pasaran.
"Jadi ada dua persepsi yang berbeda, ada dua kepentingan dalam menyikapi keberadaan produk bajakan ini," kata Dose saat ditemui usai menghadiri diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).
Di mata produser, Dose mengaku ingin mengambil keuntungan dari penjualan album. Namun hal itu sulit karena produk bajakan merajalela. "Persoalan produk bajakan ini juga kembali pada kesadaran masyarakat itu sendiri. Di kita masyarakat lebih menginginkan produk yang murah walaupun bajakn daripada beli produk asli," paparnya.
Penyanyi pop Sunda Rika Rafika mengaku banyak mendapat hal positif dari adanya produk bajakan. Sebab lewat produk bajakan, dirinya jauh lebih dikenal masyarakat. "Apalagi kalau di kampung-kampung, penjualan produk bajakan itu dilakukan door to door dan harganya murah," ucapnya.
Ia senang melihat hal itu karena banyak orang yang bisa mendengarkan lagunya. Namun di sisi lain hal itu jelas sebuah kerugian bagi produser. Sebab seorang penyanyi sulit lepas dari produser, sementara produser mengambil keuntungan salah satunya dari penjualan album.
"Bos company recording atau produser terbentur finansial karena produk bajakan ini. Ini jadi bahan pemikiran bagi kita semua agar bagaimana caranya ke depan musik pop Sunda makin langgeng, makin diminati, tapi masyarakat tidak membeli produk bajakan," tutur Rika.
(ors/tya)
Dose Hudaya, produser yang bergerak dibidang musik pop Sunda, mengaku ada di posisi serba salah. Misalnya ketika memproduseri penyanyi dan merilis album, ada permintaan berbeda dari pihak yang diajak kerjasama seperti pihak pengusaha RBT dan distributor CD.
Menurutnya ada permintaan berbeda dari dua pihak itu dalam melihat femonena pembajakan. Di satu sisi pengusaha RBT ingin membiarkan produk bajakan tetap laris di pasaran. Sementara distributor CD dengan tegas ingin tak ada produk bajakan yang dijual di pasaran.
"Jadi ada dua persepsi yang berbeda, ada dua kepentingan dalam menyikapi keberadaan produk bajakan ini," kata Dose saat ditemui usai menghadiri diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).
Di mata produser, Dose mengaku ingin mengambil keuntungan dari penjualan album. Namun hal itu sulit karena produk bajakan merajalela. "Persoalan produk bajakan ini juga kembali pada kesadaran masyarakat itu sendiri. Di kita masyarakat lebih menginginkan produk yang murah walaupun bajakn daripada beli produk asli," paparnya.
Penyanyi pop Sunda Rika Rafika mengaku banyak mendapat hal positif dari adanya produk bajakan. Sebab lewat produk bajakan, dirinya jauh lebih dikenal masyarakat. "Apalagi kalau di kampung-kampung, penjualan produk bajakan itu dilakukan door to door dan harganya murah," ucapnya.
Ia senang melihat hal itu karena banyak orang yang bisa mendengarkan lagunya. Namun di sisi lain hal itu jelas sebuah kerugian bagi produser. Sebab seorang penyanyi sulit lepas dari produser, sementara produser mengambil keuntungan salah satunya dari penjualan album.
"Bos company recording atau produser terbentur finansial karena produk bajakan ini. Ini jadi bahan pemikiran bagi kita semua agar bagaimana caranya ke depan musik pop Sunda makin langgeng, makin diminati, tapi masyarakat tidak membeli produk bajakan," tutur Rika.
(ors/tya)
Banyak Produser Musik Pop Sunda Tiarap
Oris Riswan Budiana - detikBandung
Bandung - Musik pop Sunda dinilai terus mengalami kemunduran dari segi penjualan CD atau VCD. Akibatnya banyak produser yang selama ini menggeluti bisnis di bidang musik pop Sunda tiarap.
"Sekarang banyak produser yang tiarap karena pasaran kita lesu, market RBT juga drop. Apalagi sekarang produk banyakan sangat banyak," ujar produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda, Dose Hudaya.
Hal itu dikemukakan Dose dalam diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).
Menurutnya, banyak produser yang menyerah karena musik pop sunda sedang mengalami penurunan dari segi penjualan. Tak hanya itu, distributor penyalur CD dan VCD musik pop sunda juga banyak yang gulung tikar.
"Bagaimana musik pop sunda bisa berkembang kalau tidak ada distributor yang menyalurkan," jelasnya.
Fenomena menurunnya bisnis di jalur musik pop Sunda terus mengalami penurunan sejak berkibar pada era 1990-an. Tahun 2000-an, tren musik pop Sunda tak lagi menggeliat.
Diakui Dose, saat ini banyak bermunculan penyanyi pop Sunda baru. Namun kemunculan mereka cenderung tidak diimbangi kualitas mumpuni sebagai penyanyi. Kemunculan mereka pun bukan berasal dari cetakan produser, melainkan personel alias membiayai sendiri seluruh biaya rekaman, pembuatan video klip hingga tayang di stasiun televisi.
"Yang bikin itu kebanyakan bukan produser, mereka ukurannya cuma punya duit buat rekaman, bikin video klip dan tayang. Orientasinya bukan bisnis, tapi asal nampang," tutur Dose.
Hal itu yang kemudian menyebabkan citra musik pop sunda dipandang tidak berkualitas dan berbuntut pada lesunya penjualan. Sebab para penyanyi yang nampang di televisi tak punya kualitas memadai untuk menjadi penyanyi.
Disinggung berapa produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda saat ini, Dose tidak tahu pasti. "Tapi mungkin sekarang cuma saya saja yang eksis. Dan saya akan terus bergerak di jalur musik pop Sunda sampai kapanpun," tegasnya.
Soal menurunnya bisnis musik pop Sunda, ia menyebut salah satu parameternya yakni dari sisi penjualan album. "Sekarang laku 100 keping saja sudah bagus. Kalau dulu jauh lebih banyak dari itu," tandas Dose.
(ors/ern)
Bandung - Musik pop Sunda dinilai terus mengalami kemunduran dari segi penjualan CD atau VCD. Akibatnya banyak produser yang selama ini menggeluti bisnis di bidang musik pop Sunda tiarap.
"Sekarang banyak produser yang tiarap karena pasaran kita lesu, market RBT juga drop. Apalagi sekarang produk banyakan sangat banyak," ujar produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda, Dose Hudaya.
Hal itu dikemukakan Dose dalam diskusi 'Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda' di Kantor Redaksi Galura, Jalan Belakang Factory, Kamis (28/6/2012).
Menurutnya, banyak produser yang menyerah karena musik pop sunda sedang mengalami penurunan dari segi penjualan. Tak hanya itu, distributor penyalur CD dan VCD musik pop sunda juga banyak yang gulung tikar.
"Bagaimana musik pop sunda bisa berkembang kalau tidak ada distributor yang menyalurkan," jelasnya.
Fenomena menurunnya bisnis di jalur musik pop Sunda terus mengalami penurunan sejak berkibar pada era 1990-an. Tahun 2000-an, tren musik pop Sunda tak lagi menggeliat.
Diakui Dose, saat ini banyak bermunculan penyanyi pop Sunda baru. Namun kemunculan mereka cenderung tidak diimbangi kualitas mumpuni sebagai penyanyi. Kemunculan mereka pun bukan berasal dari cetakan produser, melainkan personel alias membiayai sendiri seluruh biaya rekaman, pembuatan video klip hingga tayang di stasiun televisi.
"Yang bikin itu kebanyakan bukan produser, mereka ukurannya cuma punya duit buat rekaman, bikin video klip dan tayang. Orientasinya bukan bisnis, tapi asal nampang," tutur Dose.
Hal itu yang kemudian menyebabkan citra musik pop sunda dipandang tidak berkualitas dan berbuntut pada lesunya penjualan. Sebab para penyanyi yang nampang di televisi tak punya kualitas memadai untuk menjadi penyanyi.
Disinggung berapa produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda saat ini, Dose tidak tahu pasti. "Tapi mungkin sekarang cuma saya saja yang eksis. Dan saya akan terus bergerak di jalur musik pop Sunda sampai kapanpun," tegasnya.
Soal menurunnya bisnis musik pop Sunda, ia menyebut salah satu parameternya yakni dari sisi penjualan album. "Sekarang laku 100 keping saja sudah bagus. Kalau dulu jauh lebih banyak dari itu," tandas Dose.
(ors/ern)
INDUSTRI KREATIF: Kembalikan Kejayaan Musik Pop Sunda
BANDUNG (bisnis-jabar.com) – Dalam rangka mempertanyakan eksistensi
industri musik pop Sunda yang selama ini diklaim tengah redup, sejumlah
artis, pengamat dan pelaku musik Sunda hadir dalam sebuah diskusi yang
digelar di Kantor Redaksi Galura, Jl. Belakang Factory Bandung, Kamis
(28/6)
Sebagai pembicara dalam diskusi yang bertajuk ‘Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda’ itu a.l Dose Hudaya (Produser), Rika Rafika (artis dan penyanyi pop Sunda) dan Indra Ridwan (Pengamat Musik Sunda).
Sejumlah musisi, artis dan budayawan Sunda tampak hadir mengikuti acara a.l. Nining Meida, Asep Darso, Yayan Jatnika, Aam Amilia dll.
Dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 13:00-16:00 itu, Dose menuturkan bahwa industri musik pop saat ini terpuruk, pasalnya beberapa distributor musik pop sunda banyak yang bangkrut.
“Saat ini, sejumlah distributor musik pop sunda di Jawa Barat sudah pada tutup,” katanya.
Dia menjelaskan salah satu faktor utama yang menyebabkan bangkrutnya industri musik pop Sunda yaitu merebaknya pembajakan kaset dan CD (comapct disc).
Sementara itu, menurut Indra Ridwan, faktor penyebab redupnya musik pop Sunda di tanah air khususnya di Jawa Barat adalah munculnya teknologi canggih seperti Internet.
“Sekarang kan jaman modern, zaman canggih. Orang tinggal buka Youtube saja untuk mendengar atau melihat video [musik pop sunda],” katanya.
Menurut dia, dengan adanya kondisi seperti itu, semua pihak dari artis, distributor dan produser harus berperan aktif melahirkan inovasi yang dapat mendongkrak kembali penjualan musik pop Sunda.
“Untuk mengembalikan kembali kejayaan musik pop Sunda, semua pihak harus kreatif,” katanya.
Sementara itu, seperti dalam amatan bisnis-jabar, diskusi berlangsung hangat setelah moderator membuka sesi tanya jawab. Nining Meida sendiri yang tampak mengikuti diskusi sekaligus dikenal sebagai ikon penyanyi pop Sunda, masih terlihat cantik dengan wajah ber-makeup kemerahan. (k5/ajz)
Sebagai pembicara dalam diskusi yang bertajuk ‘Perkembangan Bisnis Musik Pop Sunda’ itu a.l Dose Hudaya (Produser), Rika Rafika (artis dan penyanyi pop Sunda) dan Indra Ridwan (Pengamat Musik Sunda).
Sejumlah musisi, artis dan budayawan Sunda tampak hadir mengikuti acara a.l. Nining Meida, Asep Darso, Yayan Jatnika, Aam Amilia dll.
Dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 13:00-16:00 itu, Dose menuturkan bahwa industri musik pop saat ini terpuruk, pasalnya beberapa distributor musik pop sunda banyak yang bangkrut.
“Saat ini, sejumlah distributor musik pop sunda di Jawa Barat sudah pada tutup,” katanya.
Dia menjelaskan salah satu faktor utama yang menyebabkan bangkrutnya industri musik pop Sunda yaitu merebaknya pembajakan kaset dan CD (comapct disc).
Sementara itu, menurut Indra Ridwan, faktor penyebab redupnya musik pop Sunda di tanah air khususnya di Jawa Barat adalah munculnya teknologi canggih seperti Internet.
“Sekarang kan jaman modern, zaman canggih. Orang tinggal buka Youtube saja untuk mendengar atau melihat video [musik pop sunda],” katanya.
Menurut dia, dengan adanya kondisi seperti itu, semua pihak dari artis, distributor dan produser harus berperan aktif melahirkan inovasi yang dapat mendongkrak kembali penjualan musik pop Sunda.
“Untuk mengembalikan kembali kejayaan musik pop Sunda, semua pihak harus kreatif,” katanya.
Sementara itu, seperti dalam amatan bisnis-jabar, diskusi berlangsung hangat setelah moderator membuka sesi tanya jawab. Nining Meida sendiri yang tampak mengikuti diskusi sekaligus dikenal sebagai ikon penyanyi pop Sunda, masih terlihat cantik dengan wajah ber-makeup kemerahan. (k5/ajz)
Penjualan Menurun, Penggemar Musik Pop Sunda Justru Bertambah
Oris Riswan Budiana - detikBandung
Bandung - Di tengah terpuruknya penjualan album musik pop Sunda, penggemar musik tersebut justru makin lama bertambah banyak. Hal itu dikemukakan pengamat musik pop Sunda Indra Permana.
Bandung - Di tengah terpuruknya penjualan album musik pop Sunda, penggemar musik tersebut justru makin lama bertambah banyak. Hal itu dikemukakan pengamat musik pop Sunda Indra Permana.
Ia sendiri paham jika penjualan album musik pop Sunda turun drastis dibanding beberapa tahun lalu. Selain banyaknya produk bajakan, banyak penyanyi baru yang muncul tapi tidak berkualitas.
Menurutnya, penjualan album tidak berarti penggemar musik pop Sunda berkurang. Sebab meski penjualan album memble, penyanyi pop Sunda tetap laris diundang manggung dalam berbagai acara.
"Kalau bisnis lewat penjualan album menurun tapi penyanyinya banyak tawaran manggung, itu kan bisnis juga, dibayar juga," papar Indra.
Namun itu lebih banyak berlaku bagi para penyanyi pop Sunda yang berkualitas mumpuni dan punya tempat di hati masyarakat atau
penggemarnya.
Indra mengakui, perlu ada upaya dari berbagai pihak demi mengangkat kembali citra musik pop Sunda. "Perlu ada kreativitas dari pihak-pihak terkait," ucapnya.
Produser yang bergerak di bidang musik pop Sunda, Dose Hudaya, mengaku akan terus menghasilkan karya berkualitas. Selain kualitas penyanyi yang bagus, ia juga akan terus meningkatkan kualitas lainnya seperti kualitas rekaman hingga video klip.
"Saya akan berusaha meningkatkan kualitas dari berbagai sisi dan akan konsisten di jalur ini, karena saya cinta musik pop Sunda," paparnya.
Selama ini, Dose sendiri selalu berusaha menyuguhkan karya berkualitas. Selain lagu, video klip pun dibuat seapik mungkin dan
layak ditayangkan di televisi nasional, bukan asal jadi.
Dengan begitu, ia optimistis musik pop Sunda akan kembali mencapai kejayaan. "Mudah-mudahan badai segera berlalu," harap Dose.
(ors/ern)
Langganan:
Postingan (Atom)